CHAPTER 2-1
“Hah….hah….hah….”
Suara nafas mereka tidak beraturan, mereka berusaha untuk
mengatur nafas mereka. Mereka bersandar didinding kemudian perlahan mereka
mengambil posisi duduk dengan kaki yang dilonjorkan. Mereka menatap kesegala
arah untuk memastikan mereka dalam tempat yang aman, yang mereka lihat hanyalah
lemari-lemari tua yang tidak terpakai. Lemari-lemari itu berjumlah 5 buah yang
tepat menghadap ke arah pintu masuk.
“Fiuuuuh….”
Madi menghembuskan nafas panjang nafas
“Akhirnya
orang aneh itu berhenti mengejar kita…” Ucap Madi senang
“Kau
benar….”
“Kita bisa beristirahat sejenak
disini. Lagipula ini ruangan tertutup, mereka tak akan bisa masuk untuk
sementara waktu.”
“Iya…” Madi mengangguk
“Mungkin juga kita bisa menginap
semalam disini.” Gumam Madi
Yoni pun tertawa kecil, ia pun merangkul adiknya dengan
tangan kanannya. Madi pun melirik kakak tertuanya itu, ia merasakan sedikit
keanehan pada diri kakaknya itu. Ia pun berfikir sejenak.
“Kenapa
kau begitu baik sekarang? Biasanya kau tidak suka jika aku dekat dengan kakak.”
Madi bertanya ingin tahu
“Hahahahahahaaaa….”
Yoni Tertawa lepas
“Hey!!
Kenapa Kak Yoni tertawa? Apa itu pertanyaan yang lucu?” Madi agak kesal
“Tentu
saja lucu!! Pertanyaan mu itu seperti pertanyaan anak kecil, tau tidak? Hahahaha…”
Yoni terus tertawa sambil mengacak-acak rambut madi, madi
pun kesal dan melepaskan tangan yoni dari kepalanya. Ia membuang muka, Yoni pun
makin asik menertawakan sikap adiknya itu. Namun raut muka adiknya berubah
muram, Yoni pun melihatnya. Ia pun menghentikan tawanya itu.
“Apa
yang kau pikirkan sekarang?” Tanya Yoni
“Engga
kak…” Jawab Madi lirih
“Kau
mengkhawatirkan Yuda kan?”
Madi tidak menjawab, ia masih memalingkan muka dari
kakaknya.
“Kau
pasti khawatir dengan kakakmu yang satu itu kan?”
“…..”
“Mungkin….”
Madi berbicara pelan
“Apa
dia sudah mati kak?” Tanya Madi sedih
“Mati?
Hahahaha…. Dia itu susah untuk mati, kerjaannya aja berkelahi terus. Mana bisa
ia mati secepat itu.” Yoni tersenyum
“Tapi…
dia kan manusia biasa kak? Apalagi hari ini dia menungguku di café milik temannya
itu.” Ujar Madi cemas
Yoni pun melihat kegalauan adiknya itu, ia menundukan kepala
sejenak. Ia pun merasakan perasaan yang sama dengan Madi, ia pun begitu cemas
akan nasib Yuda. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi, namun Yoni masih
berharap dalam tekadnya bahwa Yuda masih hidup. Beberapa kali ia memejamkan
matanya dengan diiringi oleh hembusan nafas panjangnya. Perlahan ia mengangkat
mukanya sambil tersenyum kecil. Ia pun kembali merangkul adiknya itu.
“Kau
tidak usah khawatir.” Bujuk Yoni
“Aku
ini kakakmu juga, saudara laki-lakimu yang paling tua. Tenang aja, kakak akan
berusaha menjagamu.” Ujar Yoni sambil tersenyum
“Hah?
Hahahahahaa….” Madi tertawa tidak percaya
“Walah?
Kok kamu jadi tertawa gitu?” Tanya Yoni heran
“Hahahaha…
Sebelumnya terima kasih kak, tapi maaf aku sudah dewasa sekarang. Aku bisa
menjaga diriku kok.” Madi tersenyum
Mereka pun tertawa bersama-sama, melupakan ketakutan dan
kekhawatiran mereka walaupun hanya sesaat. Dalam tawaannya Yoni teringat akan
sesuatu, ia langsung merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda penting.
Madi ikut berhenti tertawa dan melihat kakaknya merogoh saku celananya itu.
“Ah,
ini dia!!” Seru Yoni gembira
“Apa
ka? Ada apa?” Madi ingin tau
Yoni mengeluarkan handphonenya, ia pun langsung menekan
sebuah nomor telepon. “Tet, Tettet.” Begitulah nada yang terdengar dari
handphone Yoni ketika ia menekan beberapa tombol. Setelah nomor yang ia tuju
lengkap, ia pun langsung mendekatkan telinganya dengan handphone itu.
“Kau menelepon
siapa kak?” Tanya Madi
“Tentu
saja Yuda, mudah-mudahan saja ia masih hidup.”
“Aneh…”
gumam Yoni
“Ada
apa kak? Apa ga nyambung?”
“Bukan
itu, jaringannya masih terhubung. Tetapi ia tidak mengangkat teleponnya, jarang
sekali ia seperti ini.” Ujar Yoni masih berusaha menghubungi
“Mungkin
ia lagi sibuk berlari dari kejaran orang-orang gila itu.” Madi berasumsi
“Atau…..”
“Atau
apa?” Yoni bertanya
“Atau
dia memang sudah mati…..”
Yoni pun terdiam, ia menutup teleponnya dan meletakan
handphonenya dilantai.
“Kau
jangan menyerah gitu donk. Meski dia tidak mengangkat teleponnya, belum tentu
ia sudah mati. Lagipula kita harus berusaha untuk berpikiran positif.” Yoni
memberi semangat
Madi pun terdiam sejenak, ia menatap kakanya sebentar
kemudian ia bangkit berdiri sambil melemaskan otot-otot yang kaku di sekitar
bahunya. Yoni memperhatikan adiknya itu.
“Hufttt….”
Madi membuang nafas panjang
“Kau
benar kak, buat apa kita memikirkan dia masih hidup atau tidak. Padahal kita
sendiri masih terancam oleh mahkluk diluar sana.”
“Nah,
gitu donk. Itu baru adikku.” Yoni tersenyum
“Bantu
kakakmu ini berdiri.”
“Hah?”
“Ayo,
cepet!!”
Yoni pun menyodorkan tangannya ke arah madi. Mau tidak mau Madi pun menarik
tangan kakaknya itu.
“Iya-iya,
manja se.....”
Namun ternyata Yoni menjaili adik bungsunya, ia menarik
tangan Madi kuat-kuat. Madi pun tertarik dan akhirnya “BUGH!!” jatuh dan
tersungkur dilantai.
“Hahahaha….hahahaha…”
Yoni tertawa senang sekali
“Add…uhhh…”
Yoni menertawai adiknya yang jatuh ke lantai, sambil
memukul-mukul pahanya karena tidak kuat menahan ketawanya itu. Madi bermuka
masam sambil menahan rasa dongkol pada kakaknya. Matanya agak sedikit ia
tajamkan ketika melihat kakaknya itu.Ia meletakan kedua tangannya disamping
dadanya seperti posisi orang yang mau sit up. Kemudian ia siap untuk bangkit,
namun ia melihat sesuatu yang ia tidak kehendaki.
Madi melihat salah satu pintu lemari bergerak secara
perlahan, ia pun mulai curiga. Yoni masih belum menyadari akan hal itu, ia
masih asik tertawa. Perasaan buruk pun muncul di benak Madi, ia pun langsung
bangkit berdiri.
“Ka…
Yoni…” tepuk madi
“Haha…..
ada apa? Hihihi….” Yoni masih tertawa
Madi diam sambil menatap kakaknya serius. Yoni yang melihat
keseriusan adiknya itu, lalu berhenti tertawa. Madi lalu menunjuk pintu lemari
yang bergerak tadi. Yoni pun ikut melihat arah yang ditunjukan oleh adiknya
itu. “Kerekekek…. Kerekeeekkkk!!” Suara pintu lemari yang perlahan bergerak
terbuka. Keringat dingin pun bermunculan sekarang, detak jantung mereka kian
cepat setelah rileks beberapa saat.
“Mungkin
ada yang terganggu oleh suara ketawamu yang jelek itu kak.” Ujar madi sinis
“Masa?”
Yoni tidak peduli
“Coba
cek sana.” Yoni memerintah
“Ouw,
tidak mau. Kau selalu saja jahil.” Madi menolak
“Gitu
aja marah, sama sekali tidak bisa diajak bercanda.” Ejek Yoni
“Apa??”
“Bercandamu
itu keterlaluan…” Ujar Madi kesal
“Iya
maaf-maaf… hehehe”
“Masih
bisa tertawa dalam keadaan genting kaya gini.” Madi makin jengkel
“Kerekeeeekkkk…!!!” Suara pintu lemari kembali terdengar.
“Coba
cek sana, kalau dia lompat ke kamu tinggal menghindar aja. Gampang kan?” Yoni
mendorong Madi
“Gampang…
gampang…., matamu!”
“Iya-iya,
huh. Punya adik sama sekali tak bisa diandalkan. Payah…” Gumam Yoni
“Grrrrrr…..”
Madi menggerutu
Yoni bergerak maju perlahan, derap detak jantungnya semakin
dekat dengan lemari semakin kencang. Raut mukanya berubah tegang, ia sama
sekali tidak bisa tertawa kali ini, ia menggigit bagian bibir dalamnya agar
tidak bergetar. Madi pun agak sedikit khawatir, ia melihat sekeliling dan
menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Ia melihat sebuah pipa besi yang
lumayan kuat untuk menghancurkan sebuah kepala manusia dalam sekali ayunan.
Madi dan Yoni berjalan saling membelakangi.
“BRAKKK!!!” Pintu itu terbuka seketika, Yoni kaget dan
matanya melotot. Madi pun ikut terkejut dan berlari meraih pipa yang tersandar
diantara dua lemari tua didepannya. Sesuatu melompat dari dalam, Yoni pun
melompat ke samping secara refleks ia menghindari sesuatu yang keluar dari
dalam lemari.
“Citt…
cittt…”
Ternyata yang melompat keluar itu adalah seekor tikus besar,
Yoni mengepalkan tangannya dan beberapa kali memukulkannya ke lantai.
“Brengsek!!
Tikus sial!!” Yoni menggerutu
Madi berhasil meraih pipanya, ia pun berdiri diantara 2
lemari tua itu.
“Dapat!!”
seruu Madi
Ia pun membalikan badannya dan melihat kakaknya yang sedang
memaki si tikus. Ia pun bernafas lega sekarang. Madi pun tersenyum sambil
tertawa kecil.
“Hey Ka
Yon…. HEGH!!!”
“BRAKKK!!!” salah satu pintu lemari tua itu jebol dan
keluarlah sebuah tangan dan langsung mencekik leher Madi. Yoni melotot melihat
adiknya dicekik oleh seseorang di dalam lemari. Madi pun berusaha meloloskan
diri dari cekikan, ia beberapa kali memukul kan pipanya itu ke tangan yang
mencekiknya.
“GROOOOOARRR!!!”
Sesuatu meraung-raung dari balik lemari tua yang terkunci
itu, sesuatu yang berbahaya pastinya.