usman

usman

Senin, 26 September 2011

TRANSFORMBIE 2-1


  CHAPTER 2-1


  “Hah….hah….hah….”
Suara nafas mereka tidak beraturan, mereka berusaha untuk mengatur nafas mereka. Mereka bersandar didinding kemudian perlahan mereka mengambil posisi duduk dengan kaki yang dilonjorkan. Mereka menatap kesegala arah untuk memastikan mereka dalam tempat yang aman, yang mereka lihat hanyalah lemari-lemari tua yang tidak terpakai. Lemari-lemari itu berjumlah 5 buah yang tepat menghadap ke arah pintu masuk.
                “Fiuuuuh….” Madi menghembuskan nafas panjang nafas
                “Akhirnya orang aneh itu berhenti mengejar kita…” Ucap Madi senang
                “Kau benar….”
“Kita bisa beristirahat sejenak disini. Lagipula ini ruangan tertutup, mereka tak akan bisa masuk untuk sementara waktu.”
“Iya…” Madi mengangguk
“Mungkin juga kita bisa menginap semalam disini.” Gumam Madi
Yoni pun tertawa kecil, ia pun merangkul adiknya dengan tangan kanannya. Madi pun melirik kakak tertuanya itu, ia merasakan sedikit keanehan pada diri kakaknya itu. Ia pun berfikir sejenak.
                “Kenapa kau begitu baik sekarang? Biasanya kau tidak suka jika aku dekat dengan kakak.” Madi bertanya ingin tahu
                “Hahahahahahaaaa….” Yoni Tertawa lepas
                “Hey!! Kenapa Kak Yoni tertawa? Apa itu pertanyaan yang lucu?” Madi agak kesal
                “Tentu saja lucu!! Pertanyaan mu itu seperti pertanyaan anak kecil, tau tidak? Hahahaha…”
Yoni terus tertawa sambil mengacak-acak rambut madi, madi pun kesal dan melepaskan tangan yoni dari kepalanya. Ia membuang muka, Yoni pun makin asik menertawakan sikap adiknya itu. Namun raut muka adiknya berubah muram, Yoni pun melihatnya. Ia pun menghentikan tawanya itu.
                “Apa yang kau pikirkan sekarang?” Tanya Yoni
                “Engga kak…” Jawab Madi lirih
                “Kau mengkhawatirkan Yuda kan?”
Madi tidak menjawab, ia masih memalingkan muka dari kakaknya.
                “Kau pasti khawatir dengan kakakmu yang satu itu kan?”
                “…..”
                “Mungkin….” Madi berbicara pelan
                “Apa dia sudah mati kak?”  Tanya Madi sedih
                “Mati? Hahahaha…. Dia itu susah untuk mati, kerjaannya aja berkelahi terus. Mana bisa ia mati secepat itu.” Yoni tersenyum
                “Tapi… dia kan manusia biasa kak? Apalagi hari ini dia menungguku di café milik temannya itu.” Ujar Madi cemas
Yoni pun melihat kegalauan adiknya itu, ia menundukan kepala sejenak. Ia pun merasakan perasaan yang sama dengan Madi, ia pun begitu cemas akan nasib Yuda. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi, namun Yoni masih berharap dalam tekadnya bahwa Yuda masih hidup. Beberapa kali ia memejamkan matanya dengan diiringi oleh hembusan nafas panjangnya. Perlahan ia mengangkat mukanya sambil tersenyum kecil. Ia pun kembali merangkul adiknya itu.
                “Kau tidak usah khawatir.” Bujuk Yoni
                “Aku ini kakakmu juga, saudara laki-lakimu yang paling tua. Tenang aja, kakak akan berusaha menjagamu.” Ujar Yoni sambil tersenyum
                “Hah? Hahahahahaa….” Madi tertawa tidak percaya
                “Walah? Kok kamu jadi tertawa gitu?” Tanya Yoni heran
                “Hahahaha… Sebelumnya terima kasih kak, tapi maaf aku sudah dewasa sekarang. Aku bisa menjaga diriku kok.” Madi tersenyum
Mereka pun tertawa bersama-sama, melupakan ketakutan dan kekhawatiran mereka walaupun hanya sesaat. Dalam tawaannya Yoni teringat akan sesuatu, ia langsung merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda penting. Madi ikut berhenti tertawa dan melihat kakaknya merogoh saku celananya itu.
                “Ah, ini dia!!” Seru Yoni gembira
                “Apa ka? Ada apa?” Madi ingin tau
Yoni mengeluarkan handphonenya, ia pun langsung menekan sebuah nomor telepon. “Tet, Tettet.” Begitulah nada yang terdengar dari handphone Yoni ketika ia menekan beberapa tombol. Setelah nomor yang ia tuju lengkap, ia pun langsung mendekatkan telinganya dengan handphone itu.
                “Kau menelepon siapa kak?” Tanya Madi
                “Tentu saja Yuda, mudah-mudahan saja ia masih hidup.”
                “Aneh…” gumam Yoni
                “Ada apa kak? Apa ga nyambung?”
                “Bukan itu, jaringannya masih terhubung. Tetapi ia tidak mengangkat teleponnya, jarang sekali ia seperti ini.” Ujar Yoni masih berusaha menghubungi
                “Mungkin ia lagi sibuk berlari dari kejaran orang-orang gila itu.” Madi berasumsi
                “Atau…..”
                “Atau apa?” Yoni bertanya
                “Atau dia memang sudah mati…..”
Yoni pun terdiam, ia menutup teleponnya dan meletakan handphonenya dilantai.
                “Kau jangan menyerah gitu donk. Meski dia tidak mengangkat teleponnya, belum tentu ia sudah mati. Lagipula kita harus berusaha untuk berpikiran positif.” Yoni memberi semangat
Madi pun terdiam sejenak, ia menatap kakanya sebentar kemudian ia bangkit berdiri sambil melemaskan otot-otot yang kaku di sekitar bahunya. Yoni memperhatikan adiknya itu.
                “Hufttt….” Madi membuang nafas panjang
                “Kau benar kak, buat apa kita memikirkan dia masih hidup atau tidak. Padahal kita sendiri masih terancam oleh mahkluk diluar sana.”
                “Nah, gitu donk. Itu baru adikku.” Yoni tersenyum
                “Bantu kakakmu ini berdiri.”
                “Hah?”
                “Ayo, cepet!!”
Yoni pun menyodorkan tangannya  ke arah madi. Mau tidak mau Madi pun menarik tangan kakaknya itu.
                “Iya-iya, manja se.....”
Namun ternyata Yoni menjaili adik bungsunya, ia menarik tangan Madi kuat-kuat. Madi pun tertarik dan akhirnya “BUGH!!” jatuh dan tersungkur dilantai.
                “Hahahaha….hahahaha…” Yoni tertawa senang sekali
                “Add…uhhh…”
Yoni menertawai adiknya yang jatuh ke lantai, sambil memukul-mukul pahanya karena tidak kuat menahan ketawanya itu. Madi bermuka masam sambil menahan rasa dongkol pada kakaknya. Matanya agak sedikit ia tajamkan ketika melihat kakaknya itu.Ia meletakan kedua tangannya disamping dadanya seperti posisi orang yang mau sit up. Kemudian ia siap untuk bangkit, namun ia melihat sesuatu yang ia tidak kehendaki.
Madi melihat salah satu pintu lemari bergerak secara perlahan, ia pun mulai curiga. Yoni masih belum menyadari akan hal itu, ia masih asik tertawa. Perasaan buruk pun muncul di benak Madi, ia pun langsung bangkit berdiri.
                “Ka… Yoni…” tepuk madi
                “Haha….. ada apa? Hihihi….” Yoni masih tertawa
Madi diam sambil menatap kakaknya serius. Yoni yang melihat keseriusan adiknya itu, lalu berhenti tertawa. Madi lalu menunjuk pintu lemari yang bergerak tadi. Yoni pun ikut melihat arah yang ditunjukan oleh adiknya itu. “Kerekekek…. Kerekeeekkkk!!” Suara pintu lemari yang perlahan bergerak terbuka. Keringat dingin pun bermunculan sekarang, detak jantung mereka kian cepat setelah rileks beberapa saat.
                “Mungkin ada yang terganggu oleh suara ketawamu yang jelek itu kak.” Ujar madi sinis
                “Masa?” Yoni tidak peduli
                “Coba cek sana.” Yoni memerintah
                “Ouw, tidak mau. Kau selalu saja jahil.” Madi menolak
                “Gitu aja marah, sama sekali tidak bisa diajak bercanda.” Ejek Yoni
                “Apa??”
                “Bercandamu itu keterlaluan…” Ujar Madi kesal
                “Iya maaf-maaf… hehehe”
                “Masih bisa tertawa dalam keadaan genting kaya gini.” Madi makin jengkel
“Kerekeeeekkkk…!!!” Suara pintu lemari kembali terdengar.
                “Coba cek sana, kalau dia lompat ke kamu tinggal menghindar aja. Gampang kan?” Yoni mendorong Madi
                “Gampang… gampang…., matamu!”
                “Iya-iya, huh. Punya adik sama sekali tak bisa diandalkan. Payah…” Gumam Yoni
                “Grrrrrr…..” Madi menggerutu
Yoni bergerak maju perlahan, derap detak jantungnya semakin dekat dengan lemari semakin kencang. Raut mukanya berubah tegang, ia sama sekali tidak bisa tertawa kali ini, ia menggigit bagian bibir dalamnya agar tidak bergetar. Madi pun agak sedikit khawatir, ia melihat sekeliling dan menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Ia melihat sebuah pipa besi yang lumayan kuat untuk menghancurkan sebuah kepala manusia dalam sekali ayunan. Madi dan Yoni berjalan saling membelakangi.
“BRAKKK!!!” Pintu itu terbuka seketika, Yoni kaget dan matanya melotot. Madi pun ikut terkejut dan berlari meraih pipa yang tersandar diantara dua lemari tua didepannya. Sesuatu melompat dari dalam, Yoni pun melompat ke samping secara refleks ia menghindari sesuatu yang keluar dari dalam lemari.
                “Citt… cittt…”
Ternyata yang melompat keluar itu adalah seekor tikus besar, Yoni mengepalkan tangannya dan beberapa kali memukulkannya ke lantai.
                “Brengsek!! Tikus sial!!” Yoni menggerutu
Madi berhasil meraih pipanya, ia pun berdiri diantara 2 lemari tua itu.
                “Dapat!!” seruu Madi
Ia pun membalikan badannya dan melihat kakaknya yang sedang memaki si tikus. Ia pun bernafas lega sekarang. Madi pun tersenyum sambil tertawa kecil.
                “Hey Ka Yon…. HEGH!!!”
“BRAKKK!!!” salah satu pintu lemari tua itu jebol dan keluarlah sebuah tangan dan langsung mencekik leher Madi. Yoni melotot melihat adiknya dicekik oleh seseorang di dalam lemari. Madi pun berusaha meloloskan diri dari cekikan, ia beberapa kali memukul kan pipanya itu ke tangan yang mencekiknya.
                “GROOOOOARRR!!!”
Sesuatu meraung-raung dari balik lemari tua yang terkunci itu, sesuatu yang berbahaya pastinya.

Rabu, 21 September 2011

TRANSFORMBIE 1-4

CHAPTER 1-4



Ibu menunjuk sebuah pintu yang sama dengan yang ditunjuk oleh Mimi. Disana memang ada sebuah mini bus yang cukup besar untuk mengangkut mereka semua.
                “Baiklah kalau begitu…” Ujar Fajar optimis
                “Dalam hitungan ketiga, semuanya berlari ke arah bis itu. Yang memegang senjata melindungi dibelakang. Paham semuanya??” Seru Fajar
                “Iya aku mengerti!!” Sahut si siswi yang masih memukuli pemangsanya
Semuanya dalam posisi ancang-ancang siap berlari, keringat dingin pun bermunculan. Para pengunjung yang masih hidup lainnya pun ikut bersiap-siap juga.
                “1!!”
                “2!!”
Seluruhnya menatap penuh pada pintu keluar kecuali beberapa orang yang masih bergulat dengan para pemangsanya. Para pemangsapun masuk satu persatu melalui jendela yang rusak. Namun tampaknya ada yang berfikiran egois, salah satu dari mereka lari sebelum waktunya. Seorang Pria  lari melewati kawanan pemangsa dan grupnya Yuda, secara otomatis ia menarik perhatian para pemangsa mereka.
                “BABI!!” Ketus Yuda
Rombongan Yuda pun ikut berlari tanpa mengikuti komando, semuanya hanya memiliki satu tujuan yang sama yaitu masuk ke dalam mini bus yang berwarna hitam bertuliskan “Semoga Perjalanan anda Menyenangkan”. Pria itu akhirnya berhasil membuka pintu café, rombongan Yuda masih agak jauh dari pintu itu. Si Siswi, Remaja lelaki dan Fajar berada dibelakang mereka diikuti beberapa orang yang selamat lainnya.
                “GYAAAAAAH!!!!!”
Seorang wanita tertangkap oleh salah satu dari mereka, tangannya ditarik secara tiba-tiba. Saking kencangnya tarikan si pemangsa, wanita itu terangkat melayang diudara. Dan parahnya lagi ia dibanting ke lantai sampai lehernya patah. Lain lagi dengan nasib anak lelaki di depan wanita malang itu Anak lelaki itu harus tewas karena ketika ia melewati pintu besi menuju dapur,  pintu itu terbuka dengan kencangnya oleh si koki gila itu dan mengakibatkan tubuhnya hancur terjepit pintu besi dan tembok. Darahnya mengalir kemana-mana, dagingnya hancur seperti daging yang dicincang. Tulang-tulangnya juga hancur dan bola matanya menggelinding di lantai.
                “Aaaaaa…!!!!”
                “HUAAAA!!!”
Mereka berlari sambil berteriak tak jelas, belum lagi para pemangsa terus-terusan meraung-raung dengan suara yang mengerikan.
Mimi dan gadis kecil berhasil keluar dari Café, diikuti si ibu dan pelayan lalu Evi pun menyusul bersama Remaja lelaki itu. “ARRGGGGHHH!!!!!” Tiba – tiba dari arah samping, pria egois tadi harus merelakan bagian vitalnya pada seorang gadis kecil yang berubah menjadi pemangsa itu. Bagian vital itu habis dimakan oleh gadis itu, pria itu berteriak-teriak kesakitan. Lama-kelamaan ia berteriak sambil mengeluarkan air mata, teriakannya pun sedikit demi sedikit memelan dan nyaris tak bersuara. Ia pun melihat Mimi dan kawan-kawan yang hampir dekat dengan tujuan mereka. Pria itu melambaikan tangannya mengharapkan pertolongan. Mimi pun tiba-tiba berhenti berlari. Gadis kecil yang bersama mereka bersembunyi dibelakang Mimi.
                “ADUH!!” Remaja lelaki itu menabrak Mimi
Semuanya pun ikut berhenti.
                “Ada apa ini nak?” Tanya si Ibu
                “Kita harus menolongnya!!” Ujar Mimi
                “ Kau Gila!!” Ujar remaja itu kesal
                “Kau pikir dengan menyelamatkannya… kita akan selamat dari manusia-manusia gila yang memangsa daging kita? Sadar donk mba! Kau ini membawa dua nyawa, kalau kau nekat kau akan mati beserta bayi ini.” Ujar remaja itu
                “Dia benar Mba, yang harus kita pikirkan sekarang adalah kita sendiri.” Evi setuju
                “Tapi……”
                “Ga ada tapi-tapian..!!” Potong Remaja itu
Remaja itu langsung menarik tangan Mimi, Mimi masih memperhatikan Pria itu. Pria itu menatap Mimi dan kawan-kawan pergi meninggalkannya.
                “AAAAA…..HUAAA…..” Pria itu berteriak sambil menangis
Badannya pun ambruk ke jalan, sambil menahan rasa sakitnya ia menangis tanpa suara. Gadis gila itu masih menikmati bagian vital si pria itu yang putus dari tempatnya. Fajar dan si siswi beserta 2 orang lainnya berhasil keluar, Yuda masih memukuli musuhnya.
                “Ayo kita pergi!!” Ajak Fajar
                “Kak AYO!!” Sahut si siswi
“BUG!! BAG!!”Yuda memberikan polesan terakhir pada musuhnya. Ia pun berlari keluar, namun sayang ketika pintunya tertutup sesuatu hal terjadi padanya.
                “EEEEEKKKKK!!!! HEGHHH!!!”
Pintu pun tertutup, Yuda malah terpelanting kebelakang akibat dari dasinya tersangkut di pintu yang tertutup.
                “Oh TIDAAAK!!”
“BRAK!!” Yuda membentur pintu café. Para pemangsa berlari dari arah dalam café dan hal sial pun kembali menimpa Yuda. Belum selesai merasakan rasa pusing akibat membentur pintu, ia harus merasakan kembali hangatnya kasih sayang pintu itu. Para gerombolan pemangsa itu berlarian dari dalam café dan mendobrak pintu café dimana dasi Yuda tersangkut. “BUGHHH!!!!!” Pintu itu kembali menghantam Yuda, mukanya bonyok akibat hantaman pintu. Selain itu ia harus melayang beberapa saat di udara sebelum akhirnya mendarat di asapal jalan.
                “Kakak Ganteng!!!” Teriak si Siswi
                “Cepat tolong dia!!” Seru si Pria berkumis
                “Yudaaaaaaaaa…..!!!!!” Evi Histeris
Yuda mengalami hantaman keras dikepala. Pandangannya pun mulai buram, teriakan-teriakan rekannya pun terdengar seiring dengan hilangnya kesadarannya. Terakhir yang ia lihat adalah ketika ia diseret oleh rekannya menuju sebuah bus di depan sana.

Sementara itu dilain tempat dua orang pemuda berlarian di koridor, mereka berlari kencang sekali. Mereka dikejar oleh para manusia gila juga, namun bentuk mereka agak lain dari yang berada di café. Mereka bisa merayap didinding bagaikan seekor laba-laba, namun mereka cenderung lebih cepat daripada yang berada di café. Memang mereka memiliki luka gigitan seperti para manusia gila yang berada di café tetapi yang menjadi pertanyaan mereka sama sekali tidak membusuk dan tidak berbau busuk.
Salah satu dari mereka adalah Madi adik dari Yuda, itu bisa dilihat dari baju seragam kuliahnya. Di bajunya terpasang papan nama bertuliskan Madi. Sedangkan satunya adalah Yoni kakak tertua dari Yuda dan Madi, ia adalah calon dosen di perguruan tempat Madi kuliah.
                “Sial!! Mereka lebih cepat ketimbang yang berada diluar…” Madi menggerutu
                “Yang terpenting adalah kita harus menjauh dari mereka.” Ujar Yoni
                “Ya aku tau itu…”
Mereka berlari menyusuri koridor kampus, suara derap langkah mereka terdengar begitu jelas ke seluruh penjuru ruangan. Ditambah lagi suara-suara manusia-manusia gila itu makin keras saja. Mereka berlari menyusuri lorong-lorong koridor, melihat kesana-kemari untuk mencari tempat aman. Yoni pun menunjuk sebuah ruangan.
                “Kita sembunyi digudang aja!” Seru Yoni terengah-engah
                “Gudang?” Madi tak yakin
                “Ku pikir itu ide yang buruk….”
                “Halah….” Tepis Yoni
                “Ikuti saja perintah kakamu ini dan jangan membantah!!” Bentak Yoni
                “Tapi…..”
Tangan adiknya ia genggam, mereka menambah kecepatan. “DRAP” “DRAP” “DRAP” suara langkah mereka yang berirama. Manusia itu merayap dengan lincahnya di dinding-dinding sambil menjulurkan lidahnya sekaligus memamerkan gigi-gigi tajam mereka. “TEKKK!!!” “CLIK!!” “CLIK!!” “BLAM!!!!” Yuda membuka pintu dan  langsung masuk ke ruangan itu. Mereka pun aman untuk sementara waktu.
Si manusia gila itu langsung balik badan dan menghilang, entah apa yang ia pikirkan. Biasanya mereka selalu mendobrak paksa pintu dan memakan korbannya. Namun ia berbeda, sepertinya ia menyerah. Atau ia memiliki rencana lain.

Rabu, 14 September 2011

TRANSFORMBIE 1-2



 Chapter 1 part 2
Wanita itu bangkit meski lehernya hampir putus, wanita itu mengerang. Sepertinya ia amat marah dan tentunya lapar. “BUGH!!” Dari arah samping muncul seorang gadis memakai Seorang wanita keluar dari ruang staf sambil berteriak histeris. Dia adalah pegawai Evi yang tangannya telah tergigit.
                “TOLOOONG!!!”
                “TOLONG KAMI!!” pelayan itu berteriak sambil menangis
Namun tak ada satupun yang sadar akan kehadirannya, mereka terlalu sibuk menyaksikan pertandingan gulat antara Yuda dan wanita tabpa isi perut. Ia menangis sambil memegangi tangannya yang mengeluarkan darah. Ia jatuh seperti berlutut dengan kepala yang menunduk, air matanya berlinang deras sekali. Ia belum tau kalau disana sudah ada manusia gila lainnya yang ingin memakannya. Pelayan itu perlahan mengangkat kepalanya. Ia melihat para pengunjung tampak kebingungan dan panik, ia pun menoleh ke arah kanannya. Nampaklah seorang wanita Gila yang sedang menyerang Yuda. Ia pun merasakan ada sesuatu yang kenyal dilututnya, basah dan agak berbau amis. Ia pun mencoba merasakan dengan tangannya, ia rayapkan tangannya kelantai dengan sangat hati-hati. Ia sesaat berhenti menangis. Setelah ia dapat merasakannya, ia tarik sesuatu yang mirip dengan selang namun ini lebih lunak dengan kedua tangannya. Pelayan itu tak berani melihatnya, ia pejamkan matanya kuat-kuat dan tangannya mun mulai tremor. Ia tarik dan bawa ke depan mukanya, namun sepertinya sesuatu ini masih panjang.
Sementara itu Yuda sedang bermain kejar-kejaran dengan wanita gila itu, atau lebih mirip seperti gulat. Ia menyerang bagaikan seorang pegulat yang ingin mengunci lawannya. Satu kali, dua kali wanita gila itu gagal menerkam Yuda. Malahan wanita itu menabrak sebuah meja dan hancur berantakan. Wanita itu akhirnya diam. Entah sudah mati atau tidak, tak ada dari mereka yang mau memastikan hal itu. Ibu yang bersama Yuda mengambil sebilah pisau, yang biasa untuk memotong daging steak untuk berjaga – jaga. Ia memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mempersenjatai dirinya. Sebagian pengunjung lainnya bersembunyi di bawah meja, sebagian lainnya lari kepojokan ruangan dan salah satu dari mereka berdiri membelakangi jendela.
                “Anjrit, kuat ba…nget... Gila!! Ka..lau kaya gini terus aku bisa mati.” Ujar Yuda sambil mengatur nafas
                “Apa dia sudah mati?” Bisik salah satu pengunjung pada yang lain
                “Tidak tau aku, tapi mungkin saja.” Jawab temannya
Percakapan pun tidak hanya terjadi di pojok ruangan saja, bahkan dibawah meja sekalipun.
                “Did… diiia monster!!!” Ucap seorang ibu hamil sambil bersembunyi di bawah meja
Ibu hamil itu bersembunyi dengan  seorang pria yang memakai kaos hitam bertuliskan zombie didadanya dan seorang gadis kecil yang memakai gaun berwarna pink.
                “Mengerikan sekali…. Ia masih hidup meski organ tubuh dalamnya hilang…” Ujar Pria yang memakai kaos hitam
                “Tapi apa yang menyebabkannya seperti itu dan kenapa juga ia masih hidup?” Ibu hamil menambahkan
                “ Kemana orang-orang yang masuk ke dapur tadi?”
                “Apa mereka sudah mati?” Ibu hamil itu terus bertanya
                “Cerewet!!” gertak pria itu pelan
                “Kalau aku tau jawabannya, mana mungkin kita berada dibawah meja seperti ini.”
                “Hehehehe, maaf – maaf.” Ibu hamil itu meminta maaf
Pria itu hanya mengangguk saja, memang banyak pertanyaan yang harus ditemukan jawabannya.
                “ini gila..” Ujar ibu hamil
                “Kita harus keluar dari café ini…” Ibu hamil memberi ide
                “Iya kau benar.”
                “Tapi ….. ada tapinya juga….”
                “Tapi apa? Kita tinggal keluar dan lapor polisi. Beres kan?” ibu hamil menggampangkan
                “Apa kau ingin mati diterkam oleh perempuan gila itu dan daging ditubuhmu itu habis dikunyah olehnya?”
                “Tentu aja tidak.”
                “Lalu? Tunggu apa lagi?”
Pria itu mengarahkan telunjuknya ke jendela. Ibu hamil itu melihat sekeliling café itu, betapa kagetnya ia ketika melihat seluruh café telah dikepung oleh manusia pemakan sesamanya. Ia menelan ludahnya bulat-bulat, ia pun langsung menundukan kepalanya, memandangi perutnya yang telah 8 bulan berisi kemudian ia elus – elus sambil menahan air matanya keluar.
                “Masih ingin keluar dari sini?” Tanya pria itu dengan nada menyindir
Ibu hamil itu pun diam saja, harapannya untuk selamat kini menjadi kecil. Gadis kecil yang bersama mereka memeluk ibu hamil itu dengan penuh kelembutan. Ibu hamil itu balas memeluk sambil meneteskan air matanya.
                “Hey, apa dia anakmu?” Tanya ibu hamil kepada pria itu
                “Bukan, kupikir anakmu tadi?”
                “Anakku?”
                “Tentu saja bukan. Ini pertama kalinya aku hamil. Tadinya kupikir malahan gadis ini anakmu?”
                “Bukan. Jadi anak siapa dia?”
Pria itu menatap ibu hamil itu, begitu pula sebaliknya.
                “Gadis kecil… siapa namamu?” Tanya ibu hamil itu sambil melepas pelukannya
                “……”
Gadis itu diam saja, Ibu itu bertanya lagi.
                “Dimana orang tuamu?”
                “Ade, kemana orang tuamu?” Tanya si pria
Gadis kecil itu hanya menggelengkan kepalanya saja.
                “Hey… hey… pria zombie.” Bisik si ibu hamil
                “Zombie??? Siapa??? Aku?”
                “Enak aja, aku juga punya nama bu, namaku Fajar Adiyasa. Kau jangan asal bicara.” Fajar kesal tak terima
                “APA???”
                “IBU??!!”
                “Siapa namamu tadi? Fajar? Maaf ya Bung Fajar!! Saya baru berumur 25 tahun dan namaku MIMI Ratna. Sekali lagi bilang saya “ibu” liat aja nanti.” Mimi menjadi kesal
                “Maaf Mba Mimi!!” Fajar mengejek dengan bibir yang di monyongkan
                “Bagus, bagus!! Bagus kau sangat menghargai wanita hamil. Hahahaha.”
Mimi berhenti menangis,ia mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Fajar tersenyum kecil pada mimi, mungkin pertengkaran kecil tadi membuat mimi sedikit terhibur. Namun yang jadi pertanyaan bagi mereka, siapa gadis kecil itu?
                “RRrrrrrggghhhhh….” Wanita Gila mengerang
                “APA?? Kupikir dia sudah mati.” Yuda tak percaya
Wanita itu perlahan bangkit sambil mengeluarkan suara-suara yang aneh.
                “Hey Nak!!” Panggil ibu yang bersama Yuda
Yuda pun menengok pada ibu itu, ibu itu melemparkan pisaunya pada Yuda. Yuda pun berancang – ancang siap menerimanya. Dengan gayanya, ia menangkap pisau itu dengan tepat.
                “Habisi dia nak!” Seru ibu itu
Yuda agak tak tega. Namun ia harus tega, atau ia harus merelakan dagingnya untuk menjadi santapan malam. Ia pun langsung menghunuskan pisunya kearah punggung kanan wanita itu. “ZLEB!!” Pisau itu menancap dipunggungnya, ia tarik dengan cepat. Namun wanita itu tidak merasakan apapun, malahan ia berbalik dan menerkam Yuda.
                “GRAAAAAKHHHHH!!”
                “Toloong!!!”
Yuda tersungkur ke tanah, para pengunjung pun panik. Namun tak ada seorang pun yang mau menolongnya. Wanita itu mencekik Yuda, Yuda pun meronta-ronta sambil menghunuskan pisaunya itu. Namun wanita itu tidak merasakan apa-apa. Akhirnya dengan sekuat tenaga, Yuda menyambarkan pisaunya keleher wanita itu. “SLASHHH!!” Darah pun mengalir dari leher wanita itu, wanita itu mengendorkan cengkramannya. Yuda pun memanfaatkan kondisi itu, ia tendang wanita itu untuk meloloskan diri. “BUGH!!” Wanita itu menghantam sebuah meja dibelakangnya, nampaknya pertempuran pun belum berakhir.
seragam sekolah memukul  wanita itu dengan kerasnya. Saking kerasanya, kepala wanita itu hancur nyaris lepas dari lehernya. Ia membawa sebuah besi yang panjangnya kira-kira 1,5 meter yang digunakan untuk menyangga papan reklame.
                “Perlu bantuan kak?”
Yuda pun tersenyum dan bernafas lega sekarang.
                “Terima kasih..” Ucap Yuda lega
                “Lain kali jika perlu bantuan bilang saja. Jangan diam seperti itu. Hehehe…” Senyum siswi itu manis
                “HUWAAAA!!!”
Pelayan perempuan itu menjerit histeris. Ada apa lagi ini? Semua kembali panik. Ibu yang bersama Yuda menghampiri pelayan itu. Pelayan itu menjerit sambil memegangi usus milik wanita gila yang putus akibat menerobos masuk melalui jendela. Ia menjerit-jerit tak karuan.
                “Maamamamaa!!!! ToooooLOooong!!!!”
Ibu itu dating dan berusaha menenangkan pelayan itu.
                “Mba!! Tenang!! Mba, tenang Mba!!!” Bujuk si ibu
                “Tooolonngg buu….”
                “Iya… iya ibu toolooong. Tapi berhenti menangis…” Bujuk si ibu lagi
Pelayan itu menangis dalam pelukan si ibu, tetapi ia berhenti menjerit secara histeris. Ia tampak sangat lemah, luka ditangannya masih saja mengeluarkan darah. Seluruh tubuhnya bergetar pelan, tampaknya ia stress atas apa yang ia alami.
                “Dasar lemah…” Ejek si siswi
                “Benar kan kak?”
Yuda hanya mengangguk saja dan memberikan senyum kerennya.
                “Ya mau gimana lagi? Semua orang memiliki tingkat stressnya masing-masing.” Yuda bergaya
                “Kakak benar!! Kau sangat keren,hehehe….” Senyum si siswi menggoda
                “Oh iya!!” Yuda teringat sesuatu
Siswi itu memperhatikan Yuda dengan seksama. Yuda teringat dengan kawan-kawannya yaitu Tom dan Evi. Ia pun bergegas mendekati si pelayan itu.
                “Mba… boleh aku bertanya?” Tanya Yuda
                “…..apa….?” Jawab si pelayan linglung
                “Hey mba! Aku mau nanya nih!” sentak Yuda kesal
                “…Ngggg…ngg…..”
Pelayan itu nampaknya mengalami beban mental yang cukup berat, ia tidak bisa diajak bicara dengan normal.
                “Nak!!” Bentak si ibu pada Yuda
                “Kau tidak liat dia teramat stress? Kau akan membuatnya takut saja.” Ibu itu memarahinya
                “Tapi bu?”
                “Cukup Nak!! Kalau kau mau tau, Silahkan kau masuk dan cari didalam sendirian! Paham??” Bentak si ibu geram
                “Huh!! OK, OK BU! Jangan marah seperti itu!” Yuda mengalah agak kesal
                “Bagus, bagus, kau memang anak yang baik.” Senyum si ibu
                “Ada apa kak?” Tanya si siwi
                “Tidak ada apa-apa…” jawab Yuda datar
                “PRANGGGG!!!!”
                “TOOOOLONGGG!!!”
Nampaknya semua ini belum berakhir, seorang lelaki yang berdiri di depan jedela terpaksa harus keluar café dengan paksaan. Kaca jendela pun pecah dan Ia ditarik dari luar oleh para manusia-manusia gila yang dari tadi menanti mereka diluar. Disana ia berusaha meminta tolong, namun ia langsung disantap habis oleh mereka. Tak sampai hitungan detik, teriakan minta tolong pun menghilang. Semua yang lapar, langsung berkerumun disana.
Para pengunjung yang tersisa pun panik, para wanita berteriak histeris. Denyut jantung mereka semua berdetak dengan cepatnya, keringat dingin membasahi muka mereka.  Rasa takut kini kembali hadir ditengah-tengah mereka yang menjadi hidangan.
                “Ya, ampun!!” Ujar si ibu melotot
                “Bajingan…! Apa lagi sekarang?” Yuda kesal
                “Mereka menarik lelaki itu dari luar? pintar sekali…” gumam si siswi
Mimi, gadis kecil dan Fajar yang bersembunyi di bawah meja mendekati yuda dan yang lainnya.
                “Kita harus keluar dari sini!!” Seru si ibu hamil
                “Hey, santai donk. Baru datang langsung memerintah.” Yuda kesal
                “Maafkan kami, tapi Mimi benar. Kita sudah tidak aman lagi diam disini. Kita harus pergi.” Ujar Fajar tenang
                “Keluar? Mau kemana?” Tanya si siswi
                “Entahlah, kita bisa pikirkan nanti. Yang penting kita harus keluar dari sini.”
                “Kau benar pria muda.” Si ibu membenarkan
                “BLEP!!”
                “APA ITU??”
Semuanya kaget mendengar suara pintu tertutup dibelakang mereka. Tiba-tiba seseorang berlari mendekati mereka. Apa orang itu salah satu dari orang gila yang akan memakan mereka? Untungnya bukan. Kali ini mereka bisa bernafas lega. Itu adalah Evi yang mukanya sudah tak tahan menahan air mata.
                “YUDA!!”

TRANSFORMBIE 1-3

Chapter 1 part 3



Evi pun langsung memeluk Yuda dengan kuatnya, ia pun membasahi baju Yuda dengan air matanya. Ia meremas kemeja Yuda dengan sekuat tenaga. Yuda pun membelai rambut Evi yang agak panjang itu agar Evi merasa lebih baik. Semuanya diam sesaat.
Pintu pun terbuka kembali, dan remaja pria yang bersama Evi keluar dengan membawa sebilah pisau. Ia pun mendekati yang lainnya.
                “Mana Tom?” Tanya Yuda
Evi pun menggelengkan kepalanya dan masih tetap menangis.
                “Kau tak usah memikirkan sigendut lagi.” Ujar Remaja itu sinis
                “Apa katamu?! Sopanlah sedikit ketika berbicara dengan yang lebih tua darimu!!” Yuda jengkel
Yuda melepaskan pelukan Evi dan mendekati remaja itu. Sepertinya ia ingin sekali memukul wajah remaja itu. Fajar langsung berada diantara mereka. Yang lainnya mulai menegang.
                “Upss, maaf pak tua!!” Remaja itu malah sengaja membuat Yuda kesal
                “Sayangnya si gendut yang lamban itu harus mati di dalam sana. Jika kau ingin melihatnya silahkan saja masuk ke dalam ruangan ini.” Ujar remaja itu dengan lagaknya
Yuda mengepalkan tangannya, ia bersiap untuk menghajar anak muda ini. Fajar pun melirik tangan Yuda dan bersiap untuk memisahkan kedua orang ini.
                “Terima kasih atas informasinya kawan.”
                “Namun sayangnya yang aku inginkan sekarang adalah….”
“PRANGGG!!!, PRAAAANGGGGG!!!!” Kaca-kaca jendela hancur berkeping-keping akibat diterobos oleh pasukan manusia-manusia gila itu. Ini adalah pengepungan yang tidak diduga-duga sama sekali. Orang-orang yang diam di pojok ruangan akhirnya terkepung dan terperangkap. Yuda dan lainnya tercengang tak percaya.
                “Kita harus keluar dari sini!!!” Mimi panik
                “Tenang kakak hamil, ingat bayimu.” Ujar si siswi khawatir
                “Tapi kita harus kemana?” Tanya Yuda bingung
Mereka semua berfikir memikirkan jalan untuk bisa lolos dari mereka yang gila. Dalam kebingungan itu, mereka semua hilang kewaspadaannya. Seseorang berlari dan melompat.
                “AWASSS!!!”
Si siswi berteriak memperingatkan Yuda dan yang lainnya, namun terlambat. Seorang pria dengan tangan kirinya yang putus berhasil menerkam Fajar. “BUAGH!!” Fajar pun tersungkur ke tanah dan langsung ditindihi oleh pria gila yang badannya cukup kekar itu.
                “FAJAAAAARRRRR!!!” Mimi berteriak
                “Anjrit!!!” Yuda geram
                “aduhh…” Rintih Fajar
                “Tooolonnng!!! Toooloooong!!!”
Keadaan sepertinya sudah sangat-sangat kacau, para pengunjung pun sudah ada yang menjadi korban. Mereka yang lemah dan tidak bisa melawan, harus merelakan hidupnya untuk berkorban menjadi penyambung hidup rasnya yang menjadi monster. Ada yang anggota tubuhnya dipotong dengan cara ditarik dengan paksa, di cekik sampai kepalanya putus dan langsung digerogoti dan merasakan gigitan-gigitan mereka sampai ajal menjemputnya. Café ini malam ini menjadi tempat pembantaian masal oleh mereka yang telah menjadi monster.
                “Ughhhh!!”
                “GROOOOARRRR!!!”
Fajar pun meronta-ronta, ia dicekik dengan kencangnya. Meski tangannya satu, tapi tangannya kekarnya sangat bertenaga. Air liurnya yang berwarna merah dan berbau busuk, menetes ke muka Fajar.
                “CEPATTT TOLONG DIA!!” Mimi makin panik
Si siswi mulai mengambil langkah pertama, namun seorang nenek datang menghampiri dengan dadanya yang membusuk. Namun dengan cekatan ia langsung menghantamkan senjatanya tepat dikepala si nenek. “BUG!! BAG!!!” Si siswi berhasil menghancurkan wajah si nenek, tanpa basa-basi lagi ia menghantamkan kembali besinya kekepala si nenek hingga hancur.
                “Kembalilah ke tanah nenek tua!”
Yuda langsung membantu Fajar dengan tangan kosong. “BUG!!BAG!!BUG!!BAG!!” Ia melayangkan pukulannya yang cukup keras pada pria bertangan satu itu, namun itu sama sekali tak membuatnya melepas cengkramannya meski tulang pipi si pria patah.
                “Minggir pak tua.”
                “Biar yang muda yang beraksi.”
Seseorang mendorong Yuda kebelakang, ia adalah remaja lelaki itu. Ia melempar dan menangkap kembali pisau yang dimilikinya layaknya badut yang sedang beratraksi. Mukanya pun agak mengejek Yuda.
                “Heh pak tua, kalau kau memang tidak bisa mengalahkannya. Segeralah minta bantuan atau berfikirlah dengan cara lain jika kau memang gengsi untuk meminta bantuan.”
Remaja itu menyambarkan pisaunya ke leher pria bertangan satu itu, “CRATTTT!!!!” lehernya tertebas hampir putus. Pria itu melepaskan cengkramannya. “BRUGHH” Pria itu ambruk namun masih bisa bergerak. Darahnya menggenangi lantai, Fajar pun langsung bangkit.
                “Lihat pak tua?” ejek remaja itu
                “Terima kasih…” Fajar terseyum sambil menepuk punggung remaja itu
Yuda menatap tajam anak remaja itu, sepertinya ia amat marah dan kesal. Remaja itu berlagak di depan Yuda, ia kalah telak darinya. Gadis kecil itu langsung berlari memeluk Fajar, fajar pun tersenyum padanya.
                “Hey!!!” Siswi itu memanggil
                “Ayo cepat pikirkan sesuatu!! Mereka makin banyak nih…”
Siswi itu mengayunkan senjatanya kepada para pemakan manusia itu, ia ayunkan ke kiri dan kanan secara bergantian. Ia berusaha agar para pemakan manusia itu tidak memakan para pengunjung café yang masih hidup. Dari kaca jendela yang pecah, para manusia pemakan sesama pun berdatangan, rupa mereka pun begitu buruk dan berbau amis.
Fajar dan yang lainnya melihat sekeliling, mereka mencari jalan keluar yang bebas dari para pemakan sesama itu. Siswi itu terus menghantamkan senjatanya dengan dibantu oleh beberapa pengunjung lainnya.
                “ITU DISANA!!!”
Seseorang berteriak penuh harap sambil menunjuk ke arah pintu samping café, dia adalah Mimi si wanita hamil.
                “Tapi kita akan pergi kemana? Disana mereka pun pasti sedang berkeliaran juga.” Evi berputus asa
                “Percuma…. Hiks…hiks….”
                “Percuma kita lari…. Kita akan mati juga nanti…”
Yuda langsung memeluk Evi, Evi pun kembali menangis. Ia sepertinya sudah kehilangan harapan dan mulai pasrah pada keadaan. Yuda melepas pelukannya, ia pun menatap Evi dengan serius. Evi pun menatapnya dengan mata yang bergelinangan air mata
                “Dengar Evi!!”
                “Aku akan melindungimu! Meski aku harus kehilangan nyawaku ini.”
                “Huaa….” Evi masih menangis
                “Aku janji Evi… aku janji…”
Evi pun perlahan berhenti menangis, Yuda pun memeluk Evi makin erat. Ia merasakan rasa aman ketika ia dipeluk oleh Yuda, mukanya pun sedikit memerah.
                “Apa bisku bisa membantu?”
Semuanya tertegun diam mendengar  ucapan si Ibu, muka mereka agak sedikit memiliki harapan sekarang.
                “Bis?”
                “Itu bisa memberikan jarak antara kita dan mereka. Setelah kita jauh dari mereka, kita buat rencana selanjutnya. Yang penting adalah kita selamat dari mereka dan menjauh sebisa mungkin.” Fajar memberikan pendapat
                “Oke aku setuju saja, lagipula para wanita membutuhkan istirahat. Apalagi wanita ini.” Yuda menunjuk Mimi
                “Oh, terima kasih banyak sudah peduli.” Ujar Mimi tersenyum
                “Hey…. Ayo cepat!!” Si siwi mulai kewalahan
                “Dimana Bisnya, Bu?” Tanya Fajar
                “Tepat dibelakang pintu itu!” Si ibu menunjuk sebuah pintu




Selasa, 06 September 2011

TRANSFORMBIE 1-1

TRANFORMBIE

Chapter  1 : What’s that ?

Yuda keluar dari bank bersama karyawan lainnya. Bersama Tom, teman dekatnya. Ia berjalan menuju Café Angkara yang letaknya tidak jauh dari kantornya itu. Café itu cukup ramai dikunjungi selain tempatnya yang bersih, harganya pun terbilang cukup bersahabat di kantong para bujangan yang bekerja disekitaran café ini. Namun malam ini nampak begitu sepi, hanya beberapa kendaraan saja yang terlihat parkir di jalanan ini. Yuda yang baru lulus kuliah ini, baru berumur 23 tahun dan ia langsung bekerja di bank swasta tempat ia bekerja saat ini. Ia berperawakan tinggi dan agak proposional dengan gaya rambut spikenya yang seperti landak. Dengan kemeja berwarna putih, berdasi panjang serta celana katun, ia pakai untuk berkerja. Sedangkan Tom, meski sama – sama baru bekerja dan lulus dari kuliahnya, ia nampak seperti gumpalan daging besar. Badannya besar gendut tak karuan, rambutnya agak sedikit gimbal. Dan pakainnya pun sepertinya tak kuat menyimpan perut gendutnya itu sampai – sampai kancing bagian bawahnya lepas.
                “Tringg!!!Trang..!!!”
Suara bel berbunyi ketika mereka masuk ke dalam café, dan langsung disambut oleh seorang pelayan cantik yang tak asing lagi bagi mereka. Pelayan lainnya tersenyum pada mereka dan mengucapkan selamat malam dengan ramahnya. Tom dengan pedenya, mengedipkan matanya pada salah seorang pramusaji. Namun sayang, perempuan itu langsung memalingkan pandangan dari Tom dengan sedikit rasa kesal.
                “Selamat malam para pekerja keras, silahkan duduk di meja yang telah saya siapkan.” Sapa seorang pramusaji
                “Malam juga cantik…..” Tom menggoda dengan genitnya
Pramusaji itu memutarkan matanya, sambil menghembuskan nafas panjang.
                “Hey, bagaimana pekerjaan kalian hari ini?” Tanya pramusaji itu menghiraukan Tom
                “Ya seperti biasa, sedang penyesuaian.” Jawab Yuda datar
                “Oh, begitu ya?”
                “Mau pesan apa hari ini?” Tanya pramusaji itu lagi
                “Seperti biasa aja Evi, lagi pula kami sedang menunggu Madi.” Jawab Tom
                “Ok!!”
                “Tunggu sebentar ya..” Jawab Evi senyum
Pramusaji itu tak lain dan tak bukan adalah Evi pemilik café Angkara dan sekaligus teman kuliah Tom dan Yuda. Evi pun langsung menyuruh rekannya membawakan pesanan mereka. Sambil menunggu pesanan, mereka bertiga langsung duduk dan mengobrol ditempat mereka biasa makan. Letaknya disebelah jendela yang pemandangannya langsung menuju Universitas Angkara Jaya, tempat dimana adik Yuda yaitu Madi yang sedang kuliah di tempat itu. Namun hari ini tak seramai biasanya, membuat Tom menjadi sedikit merasakan bau-bau keanehan.
                “Vi, hari ini kayanya sepi banget…”
                “Kaya ada sesuatu yang ganjil..” Tom merasa aneh
                “Ganjil gimana?”
                “Ya mungkin orang – orang lagi  ga mau makan disini aja.”
                “Bosenlah tiap hari makan disini.” Ujar Evi
                “Ya kalo masalah café ini sepi, wajar juga. Tapi, jalanan juga sepi banget.” Tom menambahkan
                “Itu benar Tom. Mungkin aja orang-orang bosan makan ditempat yang pelayannya kurang seksi-seksi.” Yuda membenarkan
                “Dasar mata keranjang..” Evi mendorong kepala Yuda pelan
Jalanan kali ini sepi dari para kendaraan lalu lintas, sepertinya warga Kota Cirame ini menghilang entah kemana. Hanya ada beberapa orang melintas di trotoar jalan, namun mereka terlihat tidak wajar. Cara jalan mereka seperti orang mabuk dan sedikit tidak normal, mereka agak sedikit lambat dari biasanya.
                “Tapi, emang kayanya aneh juga ya.”
                “Hey….” Gumam evi
                “kenapa orang – orang itu ya?” Tanya Evi heran
Mereka semua langsung memperhatikan orang-orang diluar café.
                “Mungkin aja mereka habis pesta minuman keras.” Jawab Yuda tidak peduli
                “Pesta?”
                “Semoga..” timbal Tom sedikit takut
Suara Handphone Yuda berdering memecah keheningan café Angkara, rupanya seseorang mengirim pesan pada Yuda. Yuda pun membacanya, Tom dan Evi memelototi universitas Angkara, membelokan pandangannya ke tempat – tempat sekitaran Café itu, namun hanya beberapa orang saja yang melintas dan diam dengan gelagat yang aneh. Yuda pun diam setelah membaca pesan yang ia terima.
                “Hey, kau kenapa?” Tanya Tom pada Yuda
                “Aneh…” Gumam Tom
                “Aneh Kenapa ?”
                “Pokoknya Aneh…”
                “Iya ada apa?” Tom makin penasaran
Mereka pun saling menatap serius, Yuda masih memelototi Handphonenya.
                “AWWWW!!!” Teriak seorang Pramusaji wanita dari dalam dapur
Yuda dan lainnya langsung mengalihkan pandangannya pada arah dapur. Evi pun berdiri dari tempat duduknya.
                “Mau kemana?” Tanya Tom
                “Tunggu sebentar, pasti pegawaiku menjatuhkan sesuatu.”
Evi pun langsung bergegas ke dalam dapur, Tom melihat ke luar. Dan betapa terkejutnya Tom ketika seseorang berdiri didepan kaca sambil membelakangi mereka.
                “HIYYYY!!!” Teriak Tom kaget
                “Kenapa sih? Ngagetin aja!” Bentak Yuda
                “Ittt….ituuu….” Tunjuk Tom ketakutan
Yuda pun melirik ke jendela.
                “Ada apa?”
                “Cuman orang aja kok, takut gitu. Dasar Cemen.” Ejek Yuda kesal
Para pengunjung memperhatikan Tom yang ketakutan, mereka pun berbisik tak jelas.
                “Liat!!!”
                “Semua orang jadi memperhatikan kita!!” Yuda kesal
                “Ta..ta..pi…”
                “Tapi apa gendut???” Bentak Yuda kesal
                “Cukup dengan pesan aneh dari Madi saja yang buat aku kesal hari ini.” Yuda makin kesal pada Tom
                “Berhentilah buat orang kesal Tom, bercandamu itu tidak penting. TAU!!”
                “AKHHHHH!!! TOLONGG!!”
Seorang perempuan kembali berteriak, sepertinya itu Evi. Yuda dan para pengunjung lainnya langsung berdiri spontan. Para pengunjung pun sebagian masuk ke dalam dapur untuk melihat apa yang terjadi di dalam sana. Tom kemudian berdiri.
                “Daripada disini, lebih baik aku melihat Evi..” Gumam Tom sambil berlari ke dapur mengikuti pengunjung yang lain.
                “Itu jauh lebih baik…” Gumam Yuda
Yuda kembali duduk dikursinya, ia pun memandangi wanita yang berdiri di samping jendelanya itu. Ia memperhatikan wanita itu hanya diam saja membelakanginya. Yuda pun mengetok-ngetok kacanya.
                “Heyyy….” Panggil Yuda
Wanita itu masih diam tak bergeming, Yuda mengetuknya lagi. Namun masih saja diam. Yuda pun mulai terpancing amarah, ia berdiri dan mengambil sendok, ia ketuk lebih kencang lagi.
                “Hey pelacur!!!”
                “Liat sini..”
Yuda terus mengetuk-ngetuk kaca sambil mengumpat pada wanita itu. Ia semakin kesal karena wanita itu tak kunjung melihatnya. Setelah beberapa waktu, Yuda berhenti mengetuknya. Ia kembali duduk sambil menahan amarahnya, para pengunjung pun melihat Yuda. Yuda pun memandang mereka, namun gelagat raut muka mereka sepertinya memperlihatkan ekspresi keanehan dan sepertinya mereka juga tidak memandangi Yuda melainkan wanita di luar kaca itu. Yuda pun mengalihkan pandangannya dan…
                “HUAAAAA!!!!!!” Yuda berteriak sambil meloncat kebelakang
Yuda jatuh dari kursi tempat ia duduk karena saking kagetnya ia melihat wanita itu menoleh kearahnya dengan raut muka yang menyeramkan. Ia merangkak beberapa jengkal dari tempat ia jatuh lalu seorang Ibu langsung mendekati Yuda dan membantunya berdiri.
                “Kau ini kenapa nak?” Tanya ibu itu sambil membantu Yuda
                “Ada wanita menyeramkan berdiri di jendela… hah… hah… hah…” Jawab yuda terengah – engah
Ibu itu pun melihat ke arah jendela yang Yuda maksud. Mata sayunya melotot.
                “Kenapa dia? Ko mukanya serem kaya gitu” Tanya ibu itu
                “Ka..kalau aku tau, aku ga mungkin kaget,bu.” Jawab Yuda terbata-bata
Wanita yang diluar itu membalikan badannya, namun apa yang terjadi? Wanita itu berdiri dengan usus yang teburai keluar dari perutnya, daging dimukanya habis digerogoti sesuatu. Tubuh bagian depannya penuh dengan darah dan kedua tangannya menggenggam sebuah lengan manusia. Dan parahnya lengan itu ia gerogoti juga.
                “HUAAAAAAAA!!!” Ibu itu pun ikut histeris
Seluruh pengunjung pun mulai ikut panik, mereka mulai berbisik dan mencari tahu apa yang terjadi.
                “Tenang BU!!!”
                “Jangan Teriak-teriak!!”
                “Ibu pikir ibu saja yang takut dan panik?”
                “Saya juga Bu!!” Ujar Yuda gemetar
                “Ok”
                “Maaf,nak.” Ibu itu meminta maaf sambil menarik nafas panjang
                “Kenapa dia masih hidup? Atau itu hanya sebuah kostum yang ia kenakan?” Ibu itu heran
                “Mungkin saja bu.” Yuda menanggapi
Tiba – tiba saja wanita itu langsung menorobos kaca café, PRANGGGG!!! Kaca café itu hancur seketika. Yuda dan Ibu itu langsung menghindar secara refleks menjauhi sergapan wanita gila itu. Semua pengunjung berteriak tidak karuan, begitupula dengan ibu yang bersama Yuda. Sepertinya teriakannya makin histeris saja.
Wanita gila itu berdiri perlahan dengan agak kejang, ususnya lepas dari tubuhnya. Darahnya menyebar dilantai dan berbau agak busuk. Yuda dan seluruh pengunjung diam karena tak percaya atas apa yang mereka lihat saat ini.
                “Apa itu terlihat kostum bagi ibu?”
Sementara itu, Tom dan tiga pengunjung pria masuk ke dalam dapur melalui ruang pegawai. Mereka agak terkejut melihat keadaan dapur yang acak-acakan tidak karuan. Alat masak bergeletakan dimana-mana, sayur dan bahan-bahan masakan tercecer dimana-mana. Bahkan, ada beberapa gumpalan daging segar yang masih terbalut oleh darah.
                “Wow, kapal pecah…” Gumam seorang pengunjung yang terlihat seperti preman
                “Apa ada pencuri yang masuk ke café ini?” Tanya pria tua
                “Mungkin saja..” Jawab pria yang lain
                “EVI!!!”
                “EVI!!!”
Tom memanggil-manggil evi, namun tak ada sautan atau jawaban dari siapapun. Padahal seharusnya tempat ini penuh oleh orang-orang yang menyajikan makanan. Tapi, keadaannya berbalik. Sepertinya dapur ini habis diacak-acak oleh sekelompok gangster yang ingin mengambil uang dari café ini. Mereka berjalan perlahan-lahan menyusuri dapur yang lumayan agak luas dan banyak sekat-sekat yang terbentuk dari penataan ruangan.
                “Ini mirip sekali dengan film horror.” Gumam remaja mirip preman
                “Ssssstttt….!!!!”
                “Siapa tau ada teroris yang membajak café ini!!” Ucap seorang pria tua setengah berbisik
                “Mana mungkin…” bisik remaja itu
                “Kau pikir ini café berpenghasilan 3miliar…”
                “SSSStttttT!!”
Akhirnya Tom melihat ada seorang koki yang berdiri didepan sebuah lemari penyimpanan, dan seorang koki gendut sedang jongkok membelakangi Tom dan lainnya. Mereka terlihat aneh, yang satu berusaha mendobrak pintu lemari dan yang satunya sibuk menggerogoti sesuatu.
                “Hey pa!!” Panggil pria tua
                “Mereka tampak seperti orang-orang gila.” Kata pria satunya
                “Hey, mungkin kau benar.” Sambung Tom
                “Mereka sepertinya tidak waras, mereka pun tak mau menghiraukan kita.”
Tom dan lainnya terdiam sesaat sampai seorang pria tua mendekati koki yang sedang mendobrak pintu lemari. Semuanya memperhatikan pria tua itu dengan seksama dan beberapa kali menarik nafas panjang. Pria itu langsung menepuk punggung si koki ketika ia berhasil menjangkaunya.
                “Hey, Pak!! Ada apa?” Sapa pria tua itu ramah
                “Kok, lemarinya di dobrak kaya gitu pa?”
                “PRANGGGG!!!”
Tiba- tiba suara piring berjatuhan dari arah belakang, semuanya serempak menoleh kebelakang. Mereka mencari asal sumber suara itu. Pria tua itu juga ikut melihat kebelakang, tangannya masih menempel di pundak koki itu. Koki itu pun berbalik dan memandangi tangan pria tua itu. Dengan mata yang melotot, dan daging pipi yang terkoyak sampai tulang hidungnya terlihat, koki itu melihat tangan si pria tua itu sambil mulutnya menganga. Pria tua itu masih belum menoleh ke arah si koki, ia masih memperhatikan ketiga rekannya yang sedang mencari asal sumber suara. Koki yang satunya pun berdiri dan berjalan ke arah Tom dan kawan kawan.
Tom diam ditempat, remaja itu mencari ke arah kanan sedangkan pria satunya lagi berjalan ke deretan meja-meja yang blum ditata rapi. Akhirnya remaja seperti preman itu melihat dua orang wanita yang sedang bersembunyi diantara rak-rak piring, salah satu wanita itu adalah evi dan seorangnya lagi adalah pegawainya.
                “Evi!!” Panggil Tom tersenyum
                “Sedang apa disana?”
Evi dan rekannya tidak menjawab, raut mukanya seperti sedang melihat hantu saja. Evi melotot tidak karuan, mukanya pucat dan nampak gemetaran. Sedangkan pegawainya ketakutan sambil bersembunyi diketiak bosnya itu.
Remaja itu langsung mendekati mereka berdua, sedangkan Tom dan pria satunya hanya diam dan  tidak tahu bahwa koki yang jongkok tadi telah berdiri dibelakang Tom dengan leher depannya yang terlihat batang kerongkongannya, dan dada yang terkoyak habis berlumuran darah.
Remaja itu melihat tangan pegawai evi yang terluka, mirip luka gigitan. Sedikit bagian dari lengannya kira-kira tiga centimeter tergigit dan mengeluarkan banyak darah, mukanya pun lebih pucat dari Evi. Evi pun ingin berteriak sesuatu, tapi nampaknya ia masih sulit untuk mengucapkannya. Remaja itu memperhatikan Evi.
                “HeY!!!” Panggil remaja itu sambil menggerakan tangannya di depan mata Evi
                “Kau ini kenapa???”
                “LARIIIIIIIII!!!!”
Tiba-tiba Evi berteriak kencang sekali,sampai-sampai memecah keheranan yang terjadi didepan. Semuanya tambah panik dan bingung, apalagi Yuda beserta pengunjung lainnya. Perhatian mereka terpecah menjadi dua, antara wanita tanpa isi perut yang gila dan keadaan yang terjadi di dapur.
                “Lari?” Pikir mereka semua dalam hati
                “Hey,hey, hey. Santai donk!” Remaja itu panik
                “ARRRRGHHHHH!!!!”
Pria tua itu menjerit kesakitan, semuanya berbalik arah. “HUAAAAAAA!!!” Tom ikut berteriak karena koki yang satunya telah berdiri didepan mukanya. Koki itu langsung menyambar Tom. “BRUK” Mereka berdua tersungkur ke tanah. Pria tua itu pun meronta-ronta berusaha melepaskan tangannya, “RTTTTTTTT!!!” Daging pria tua itu lepas dari kulitnya. Koki itu pun mengunyah dan menelannya bulat-bulat.
                “aAAAAkkhhhhh!!!,dasar GILA!!” teriak pak tua itu menahan rasa sakit
                “GRRrrrrrr…” Koki itu meraung raung tak jelas
Pria tua itu pun berusaha melepaskan tangannya, tapi ia tak bisa. Tangannya masih tergenggam oleh si koki yang tak punya hidung ini.
                “TOLOOOOONGG!!!!” Pria tua itu histeris
                “Bajingan!!” Remaja itu marah
Remaja itu langsung mengambil pisau yang ada di lantai, kemudian ia bersiap-siap untuk menolong. Sedangkan pria satunya hanya diam sambil celananya basah. Tom berusaha menahan tubuh si koki yang bernafsu menyantap daging miliknya.
                “TOOLOOONG,aku sudah tidak kuat nih.” Gerutu Tom minta tolong
                “Berisisk!!”
                “Satu-satu lah, aku jadi bingung!!” Bentak remaja itu
Koki tanpa hidung itu lalu memegang pundak pria tua itu, Pria itu kaget dan berhenti berteriak. “ARRGGGHHH” Pria tua itu merintih kesakitan, namun kali ini suaranya pelan. Koki itu meremukkan tulang pria tua itu.
                “Too….tooo…long…..” Rintih pria tua itu menahan sakit
                “Bajingan kau koki!!!”
Remaja itu melemparkan pisau yang ada ditangannya itu, pisau itu melesat cukup kencang dan sepertinya itu akan berhasil pada sasarannya. “JLEB!!” Pisau itu tepat menembus sebuah kepala, namun sayang. Pisau itu menembus kepala si pria tua itu tepat dibelakang otaknya dan ujung pisaunya itu keluar dimata sebelah kirinya. Darah keluar dari mulut pria itu, mata kirinya tertusuk seperti sate keluar dari tempatnya. Koki itu langsung menggerogoti daging pria tua itu.
                “OH SIAL!!!” Gumam remaja itu sambil melotot
                “Kau gila!!, kenapa kau bunuh pria itu?!!” Evi mengumpat remaja itu
                “Itu bukan salahku!!” Bentak remaja itu pada Evi
                “Hey!!!” Panggil Tom
                “Bisakah kalian berhenti bertengkar dan bantu aku untuk… tidak dimakan.” Tom merengek
Evi dan remaja itu pun berhenti bertengkar, remaja itu langsung berlari mendekati Tom. Dan “BUGH!!” Remaja itu menendang kepala si koki hingga putus. Darahnya menyebar kemana-mana. Remaja itu langsung membantu Tom berdiri.
                “Hufh… huftt…. Aku ga jadi mati….” Tom bersyukur
                “Ayo cepat lari!!!” Seru Evi
Evi dan pegawainya lari sambil bergandengan tangan, remaja itu juga langsung mengambil langkah seribu.
                “Hey bung!!”
                “Ayo kita pergi!!” Ajak Tom
Pria itu hanya diam dan tidak mengucapkan apa-apa. Tom dan yang lainnya berhenti sejenak. Wajah Pria itu pun pucat sambil menggigil. Mulutnya ia gigit seperti menahan sesuatu.
                “Hey ayo!! Malah kencing dicelana lagi.” Tom masih mengajak
Pria itu tetap tak bergeming, “BRAKKK!!” Suara pintu belakang terbuka. Para manusia gila lain pun datang, jumlahnya 3 orang dengan badan yang terkoyak tentunya.
                “Kita tinggal saja dia!!” Ajak remaja itu
                “Tunggu!!”
Tom mendekati pria itu, namun langkahnya terhenti. Ia melihat sepasang tangan keluar dari balik punggungnya. Lalu dari arah kakinya terdengar suara kunyahan. Evi mulai menjatuhkan air matanya, pegawainya langsung mengambil langkah seribu keluar dari dapur. Tom dan remaja itu pun melotot tak percaya atas apa yang mereka lihat. Ternyata, betis pria itu sudah terlihat tulang, dagingnya habis dimakan oleh manusia kanibal yang bersembunyi dibawah meja.
Badan pria itu pun oleng dan “BRUK” tubuhnya pun mencium lantai dapur yang sudah tergenang oleh darahnya sendiri. Pria itu mati tanpa suara teriakan histeris, manusia kanibal lain pun langsung mengkerubuni mayatnya untuk berpesta makan malam.
                “Ayo gendut!!”
Remaja itu lari diikuti Evi lalu tom. Mereka memutari perabotan yang menghalangi jalan mereka. Rencana mereka diketahui oleh si koki tanpa hidung, ia pun mengejar mereka dari belakang dengan badan besarnya. Evi dan kawan-kawan akhirnya melihat pintu keluar dari dapur, remaja itu pun nampak gembira, bisa terlihat dari raut mukanya. Ia pun membuka pintu dengan lebarnya, dan berhasil keluar begitu pula dengan Evi yang sama- sama lolos, namun Tom masih berada agak jauh dibelakang. Pintu dapur yang terbuat dari besi itupun perlahan menutup, Tom dengan nafas yang hampir habis itu pun berusaha menambah kecepatan, koki dibelakangnya  kian dekat. Tom mulai panik, ia pun mengambil keputusan yang terlalu beresiko.
Tom pun melompat seiring dengan menutupnya pintu. “BRUGH” Ia akhirnya mendarat dengan cukup keras di lantai “BUG” suara pintu menghantam kepalanya.
                “TOM!!!” Teriak Evi
                “Cepat kita buka pintunya!!”
Evi berusaha membuka pintu, namun remaja itu hanya diam. Tom merintih kepalanya sakit dan pusing, ia pun mengerang dan merintih meminta tolong penuh dengan harap.
                “Tenang kawan aku akan membantumu..” Ujar Evi sambil menangis
                “Viii….. tooo…looong…..”
Evi pun mengerang dan mengumpulkan tenaga, pintu pun terbuka sedikit demi sedikit. Evi pun sedikit bersemangat, ia tambah tenaganya, tapi ada dorongan besar yang membuat ia terpental kebelakang. “BUAKKK!!!” “CROTTTTT” Pintu tertutup keras sekali membuat Tom kehilangan kepalanya. Pintu itu tertabrak oleh koki tanpa hidung itu, saking kerasnya Evi terpental dan kepala Tom lepas dari tempatnya.
                “Auwww….” Rintih Evi masih terbaring
Kepala Tom menggelinding ke arah Evi, evi pun menoleh ke arah kanan sambil memegangi kepalanya. Kepala Tom menggelinding dan berhenti tepat di sisi kepala Evi. Dan akhirnya dengan waktu yang pas, ia pun saling menatap dengan dengan Tom meski tidak secara utuh.
                “TIDAKKKKKKK!!!!!”
                “TOMMMMM!!!!”
Evi pun kembali menangis dan menjerit  histeris, remaja itu membantunya berdiri. Ia topang badan Evi dan bersama-sama menelusuri lorong staf untuk keluar menuju Yuda dan yang lainnya berada.
Next Part II