usman

usman

Senin, 26 September 2011

TRANSFORMBIE 2-1


  CHAPTER 2-1


  “Hah….hah….hah….”
Suara nafas mereka tidak beraturan, mereka berusaha untuk mengatur nafas mereka. Mereka bersandar didinding kemudian perlahan mereka mengambil posisi duduk dengan kaki yang dilonjorkan. Mereka menatap kesegala arah untuk memastikan mereka dalam tempat yang aman, yang mereka lihat hanyalah lemari-lemari tua yang tidak terpakai. Lemari-lemari itu berjumlah 5 buah yang tepat menghadap ke arah pintu masuk.
                “Fiuuuuh….” Madi menghembuskan nafas panjang nafas
                “Akhirnya orang aneh itu berhenti mengejar kita…” Ucap Madi senang
                “Kau benar….”
“Kita bisa beristirahat sejenak disini. Lagipula ini ruangan tertutup, mereka tak akan bisa masuk untuk sementara waktu.”
“Iya…” Madi mengangguk
“Mungkin juga kita bisa menginap semalam disini.” Gumam Madi
Yoni pun tertawa kecil, ia pun merangkul adiknya dengan tangan kanannya. Madi pun melirik kakak tertuanya itu, ia merasakan sedikit keanehan pada diri kakaknya itu. Ia pun berfikir sejenak.
                “Kenapa kau begitu baik sekarang? Biasanya kau tidak suka jika aku dekat dengan kakak.” Madi bertanya ingin tahu
                “Hahahahahahaaaa….” Yoni Tertawa lepas
                “Hey!! Kenapa Kak Yoni tertawa? Apa itu pertanyaan yang lucu?” Madi agak kesal
                “Tentu saja lucu!! Pertanyaan mu itu seperti pertanyaan anak kecil, tau tidak? Hahahaha…”
Yoni terus tertawa sambil mengacak-acak rambut madi, madi pun kesal dan melepaskan tangan yoni dari kepalanya. Ia membuang muka, Yoni pun makin asik menertawakan sikap adiknya itu. Namun raut muka adiknya berubah muram, Yoni pun melihatnya. Ia pun menghentikan tawanya itu.
                “Apa yang kau pikirkan sekarang?” Tanya Yoni
                “Engga kak…” Jawab Madi lirih
                “Kau mengkhawatirkan Yuda kan?”
Madi tidak menjawab, ia masih memalingkan muka dari kakaknya.
                “Kau pasti khawatir dengan kakakmu yang satu itu kan?”
                “…..”
                “Mungkin….” Madi berbicara pelan
                “Apa dia sudah mati kak?”  Tanya Madi sedih
                “Mati? Hahahaha…. Dia itu susah untuk mati, kerjaannya aja berkelahi terus. Mana bisa ia mati secepat itu.” Yoni tersenyum
                “Tapi… dia kan manusia biasa kak? Apalagi hari ini dia menungguku di café milik temannya itu.” Ujar Madi cemas
Yoni pun melihat kegalauan adiknya itu, ia menundukan kepala sejenak. Ia pun merasakan perasaan yang sama dengan Madi, ia pun begitu cemas akan nasib Yuda. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi, namun Yoni masih berharap dalam tekadnya bahwa Yuda masih hidup. Beberapa kali ia memejamkan matanya dengan diiringi oleh hembusan nafas panjangnya. Perlahan ia mengangkat mukanya sambil tersenyum kecil. Ia pun kembali merangkul adiknya itu.
                “Kau tidak usah khawatir.” Bujuk Yoni
                “Aku ini kakakmu juga, saudara laki-lakimu yang paling tua. Tenang aja, kakak akan berusaha menjagamu.” Ujar Yoni sambil tersenyum
                “Hah? Hahahahahaa….” Madi tertawa tidak percaya
                “Walah? Kok kamu jadi tertawa gitu?” Tanya Yoni heran
                “Hahahaha… Sebelumnya terima kasih kak, tapi maaf aku sudah dewasa sekarang. Aku bisa menjaga diriku kok.” Madi tersenyum
Mereka pun tertawa bersama-sama, melupakan ketakutan dan kekhawatiran mereka walaupun hanya sesaat. Dalam tawaannya Yoni teringat akan sesuatu, ia langsung merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda penting. Madi ikut berhenti tertawa dan melihat kakaknya merogoh saku celananya itu.
                “Ah, ini dia!!” Seru Yoni gembira
                “Apa ka? Ada apa?” Madi ingin tau
Yoni mengeluarkan handphonenya, ia pun langsung menekan sebuah nomor telepon. “Tet, Tettet.” Begitulah nada yang terdengar dari handphone Yoni ketika ia menekan beberapa tombol. Setelah nomor yang ia tuju lengkap, ia pun langsung mendekatkan telinganya dengan handphone itu.
                “Kau menelepon siapa kak?” Tanya Madi
                “Tentu saja Yuda, mudah-mudahan saja ia masih hidup.”
                “Aneh…” gumam Yoni
                “Ada apa kak? Apa ga nyambung?”
                “Bukan itu, jaringannya masih terhubung. Tetapi ia tidak mengangkat teleponnya, jarang sekali ia seperti ini.” Ujar Yoni masih berusaha menghubungi
                “Mungkin ia lagi sibuk berlari dari kejaran orang-orang gila itu.” Madi berasumsi
                “Atau…..”
                “Atau apa?” Yoni bertanya
                “Atau dia memang sudah mati…..”
Yoni pun terdiam, ia menutup teleponnya dan meletakan handphonenya dilantai.
                “Kau jangan menyerah gitu donk. Meski dia tidak mengangkat teleponnya, belum tentu ia sudah mati. Lagipula kita harus berusaha untuk berpikiran positif.” Yoni memberi semangat
Madi pun terdiam sejenak, ia menatap kakanya sebentar kemudian ia bangkit berdiri sambil melemaskan otot-otot yang kaku di sekitar bahunya. Yoni memperhatikan adiknya itu.
                “Hufttt….” Madi membuang nafas panjang
                “Kau benar kak, buat apa kita memikirkan dia masih hidup atau tidak. Padahal kita sendiri masih terancam oleh mahkluk diluar sana.”
                “Nah, gitu donk. Itu baru adikku.” Yoni tersenyum
                “Bantu kakakmu ini berdiri.”
                “Hah?”
                “Ayo, cepet!!”
Yoni pun menyodorkan tangannya  ke arah madi. Mau tidak mau Madi pun menarik tangan kakaknya itu.
                “Iya-iya, manja se.....”
Namun ternyata Yoni menjaili adik bungsunya, ia menarik tangan Madi kuat-kuat. Madi pun tertarik dan akhirnya “BUGH!!” jatuh dan tersungkur dilantai.
                “Hahahaha….hahahaha…” Yoni tertawa senang sekali
                “Add…uhhh…”
Yoni menertawai adiknya yang jatuh ke lantai, sambil memukul-mukul pahanya karena tidak kuat menahan ketawanya itu. Madi bermuka masam sambil menahan rasa dongkol pada kakaknya. Matanya agak sedikit ia tajamkan ketika melihat kakaknya itu.Ia meletakan kedua tangannya disamping dadanya seperti posisi orang yang mau sit up. Kemudian ia siap untuk bangkit, namun ia melihat sesuatu yang ia tidak kehendaki.
Madi melihat salah satu pintu lemari bergerak secara perlahan, ia pun mulai curiga. Yoni masih belum menyadari akan hal itu, ia masih asik tertawa. Perasaan buruk pun muncul di benak Madi, ia pun langsung bangkit berdiri.
                “Ka… Yoni…” tepuk madi
                “Haha….. ada apa? Hihihi….” Yoni masih tertawa
Madi diam sambil menatap kakaknya serius. Yoni yang melihat keseriusan adiknya itu, lalu berhenti tertawa. Madi lalu menunjuk pintu lemari yang bergerak tadi. Yoni pun ikut melihat arah yang ditunjukan oleh adiknya itu. “Kerekekek…. Kerekeeekkkk!!” Suara pintu lemari yang perlahan bergerak terbuka. Keringat dingin pun bermunculan sekarang, detak jantung mereka kian cepat setelah rileks beberapa saat.
                “Mungkin ada yang terganggu oleh suara ketawamu yang jelek itu kak.” Ujar madi sinis
                “Masa?” Yoni tidak peduli
                “Coba cek sana.” Yoni memerintah
                “Ouw, tidak mau. Kau selalu saja jahil.” Madi menolak
                “Gitu aja marah, sama sekali tidak bisa diajak bercanda.” Ejek Yoni
                “Apa??”
                “Bercandamu itu keterlaluan…” Ujar Madi kesal
                “Iya maaf-maaf… hehehe”
                “Masih bisa tertawa dalam keadaan genting kaya gini.” Madi makin jengkel
“Kerekeeeekkkk…!!!” Suara pintu lemari kembali terdengar.
                “Coba cek sana, kalau dia lompat ke kamu tinggal menghindar aja. Gampang kan?” Yoni mendorong Madi
                “Gampang… gampang…., matamu!”
                “Iya-iya, huh. Punya adik sama sekali tak bisa diandalkan. Payah…” Gumam Yoni
                “Grrrrrr…..” Madi menggerutu
Yoni bergerak maju perlahan, derap detak jantungnya semakin dekat dengan lemari semakin kencang. Raut mukanya berubah tegang, ia sama sekali tidak bisa tertawa kali ini, ia menggigit bagian bibir dalamnya agar tidak bergetar. Madi pun agak sedikit khawatir, ia melihat sekeliling dan menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Ia melihat sebuah pipa besi yang lumayan kuat untuk menghancurkan sebuah kepala manusia dalam sekali ayunan. Madi dan Yoni berjalan saling membelakangi.
“BRAKKK!!!” Pintu itu terbuka seketika, Yoni kaget dan matanya melotot. Madi pun ikut terkejut dan berlari meraih pipa yang tersandar diantara dua lemari tua didepannya. Sesuatu melompat dari dalam, Yoni pun melompat ke samping secara refleks ia menghindari sesuatu yang keluar dari dalam lemari.
                “Citt… cittt…”
Ternyata yang melompat keluar itu adalah seekor tikus besar, Yoni mengepalkan tangannya dan beberapa kali memukulkannya ke lantai.
                “Brengsek!! Tikus sial!!” Yoni menggerutu
Madi berhasil meraih pipanya, ia pun berdiri diantara 2 lemari tua itu.
                “Dapat!!” seruu Madi
Ia pun membalikan badannya dan melihat kakaknya yang sedang memaki si tikus. Ia pun bernafas lega sekarang. Madi pun tersenyum sambil tertawa kecil.
                “Hey Ka Yon…. HEGH!!!”
“BRAKKK!!!” salah satu pintu lemari tua itu jebol dan keluarlah sebuah tangan dan langsung mencekik leher Madi. Yoni melotot melihat adiknya dicekik oleh seseorang di dalam lemari. Madi pun berusaha meloloskan diri dari cekikan, ia beberapa kali memukul kan pipanya itu ke tangan yang mencekiknya.
                “GROOOOOARRR!!!”
Sesuatu meraung-raung dari balik lemari tua yang terkunci itu, sesuatu yang berbahaya pastinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar