usman

usman

Rabu, 14 September 2011

TRANSFORMBIE 1-2



 Chapter 1 part 2
Wanita itu bangkit meski lehernya hampir putus, wanita itu mengerang. Sepertinya ia amat marah dan tentunya lapar. “BUGH!!” Dari arah samping muncul seorang gadis memakai Seorang wanita keluar dari ruang staf sambil berteriak histeris. Dia adalah pegawai Evi yang tangannya telah tergigit.
                “TOLOOONG!!!”
                “TOLONG KAMI!!” pelayan itu berteriak sambil menangis
Namun tak ada satupun yang sadar akan kehadirannya, mereka terlalu sibuk menyaksikan pertandingan gulat antara Yuda dan wanita tabpa isi perut. Ia menangis sambil memegangi tangannya yang mengeluarkan darah. Ia jatuh seperti berlutut dengan kepala yang menunduk, air matanya berlinang deras sekali. Ia belum tau kalau disana sudah ada manusia gila lainnya yang ingin memakannya. Pelayan itu perlahan mengangkat kepalanya. Ia melihat para pengunjung tampak kebingungan dan panik, ia pun menoleh ke arah kanannya. Nampaklah seorang wanita Gila yang sedang menyerang Yuda. Ia pun merasakan ada sesuatu yang kenyal dilututnya, basah dan agak berbau amis. Ia pun mencoba merasakan dengan tangannya, ia rayapkan tangannya kelantai dengan sangat hati-hati. Ia sesaat berhenti menangis. Setelah ia dapat merasakannya, ia tarik sesuatu yang mirip dengan selang namun ini lebih lunak dengan kedua tangannya. Pelayan itu tak berani melihatnya, ia pejamkan matanya kuat-kuat dan tangannya mun mulai tremor. Ia tarik dan bawa ke depan mukanya, namun sepertinya sesuatu ini masih panjang.
Sementara itu Yuda sedang bermain kejar-kejaran dengan wanita gila itu, atau lebih mirip seperti gulat. Ia menyerang bagaikan seorang pegulat yang ingin mengunci lawannya. Satu kali, dua kali wanita gila itu gagal menerkam Yuda. Malahan wanita itu menabrak sebuah meja dan hancur berantakan. Wanita itu akhirnya diam. Entah sudah mati atau tidak, tak ada dari mereka yang mau memastikan hal itu. Ibu yang bersama Yuda mengambil sebilah pisau, yang biasa untuk memotong daging steak untuk berjaga – jaga. Ia memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mempersenjatai dirinya. Sebagian pengunjung lainnya bersembunyi di bawah meja, sebagian lainnya lari kepojokan ruangan dan salah satu dari mereka berdiri membelakangi jendela.
                “Anjrit, kuat ba…nget... Gila!! Ka..lau kaya gini terus aku bisa mati.” Ujar Yuda sambil mengatur nafas
                “Apa dia sudah mati?” Bisik salah satu pengunjung pada yang lain
                “Tidak tau aku, tapi mungkin saja.” Jawab temannya
Percakapan pun tidak hanya terjadi di pojok ruangan saja, bahkan dibawah meja sekalipun.
                “Did… diiia monster!!!” Ucap seorang ibu hamil sambil bersembunyi di bawah meja
Ibu hamil itu bersembunyi dengan  seorang pria yang memakai kaos hitam bertuliskan zombie didadanya dan seorang gadis kecil yang memakai gaun berwarna pink.
                “Mengerikan sekali…. Ia masih hidup meski organ tubuh dalamnya hilang…” Ujar Pria yang memakai kaos hitam
                “Tapi apa yang menyebabkannya seperti itu dan kenapa juga ia masih hidup?” Ibu hamil menambahkan
                “ Kemana orang-orang yang masuk ke dapur tadi?”
                “Apa mereka sudah mati?” Ibu hamil itu terus bertanya
                “Cerewet!!” gertak pria itu pelan
                “Kalau aku tau jawabannya, mana mungkin kita berada dibawah meja seperti ini.”
                “Hehehehe, maaf – maaf.” Ibu hamil itu meminta maaf
Pria itu hanya mengangguk saja, memang banyak pertanyaan yang harus ditemukan jawabannya.
                “ini gila..” Ujar ibu hamil
                “Kita harus keluar dari café ini…” Ibu hamil memberi ide
                “Iya kau benar.”
                “Tapi ….. ada tapinya juga….”
                “Tapi apa? Kita tinggal keluar dan lapor polisi. Beres kan?” ibu hamil menggampangkan
                “Apa kau ingin mati diterkam oleh perempuan gila itu dan daging ditubuhmu itu habis dikunyah olehnya?”
                “Tentu aja tidak.”
                “Lalu? Tunggu apa lagi?”
Pria itu mengarahkan telunjuknya ke jendela. Ibu hamil itu melihat sekeliling café itu, betapa kagetnya ia ketika melihat seluruh café telah dikepung oleh manusia pemakan sesamanya. Ia menelan ludahnya bulat-bulat, ia pun langsung menundukan kepalanya, memandangi perutnya yang telah 8 bulan berisi kemudian ia elus – elus sambil menahan air matanya keluar.
                “Masih ingin keluar dari sini?” Tanya pria itu dengan nada menyindir
Ibu hamil itu pun diam saja, harapannya untuk selamat kini menjadi kecil. Gadis kecil yang bersama mereka memeluk ibu hamil itu dengan penuh kelembutan. Ibu hamil itu balas memeluk sambil meneteskan air matanya.
                “Hey, apa dia anakmu?” Tanya ibu hamil kepada pria itu
                “Bukan, kupikir anakmu tadi?”
                “Anakku?”
                “Tentu saja bukan. Ini pertama kalinya aku hamil. Tadinya kupikir malahan gadis ini anakmu?”
                “Bukan. Jadi anak siapa dia?”
Pria itu menatap ibu hamil itu, begitu pula sebaliknya.
                “Gadis kecil… siapa namamu?” Tanya ibu hamil itu sambil melepas pelukannya
                “……”
Gadis itu diam saja, Ibu itu bertanya lagi.
                “Dimana orang tuamu?”
                “Ade, kemana orang tuamu?” Tanya si pria
Gadis kecil itu hanya menggelengkan kepalanya saja.
                “Hey… hey… pria zombie.” Bisik si ibu hamil
                “Zombie??? Siapa??? Aku?”
                “Enak aja, aku juga punya nama bu, namaku Fajar Adiyasa. Kau jangan asal bicara.” Fajar kesal tak terima
                “APA???”
                “IBU??!!”
                “Siapa namamu tadi? Fajar? Maaf ya Bung Fajar!! Saya baru berumur 25 tahun dan namaku MIMI Ratna. Sekali lagi bilang saya “ibu” liat aja nanti.” Mimi menjadi kesal
                “Maaf Mba Mimi!!” Fajar mengejek dengan bibir yang di monyongkan
                “Bagus, bagus!! Bagus kau sangat menghargai wanita hamil. Hahahaha.”
Mimi berhenti menangis,ia mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Fajar tersenyum kecil pada mimi, mungkin pertengkaran kecil tadi membuat mimi sedikit terhibur. Namun yang jadi pertanyaan bagi mereka, siapa gadis kecil itu?
                “RRrrrrrggghhhhh….” Wanita Gila mengerang
                “APA?? Kupikir dia sudah mati.” Yuda tak percaya
Wanita itu perlahan bangkit sambil mengeluarkan suara-suara yang aneh.
                “Hey Nak!!” Panggil ibu yang bersama Yuda
Yuda pun menengok pada ibu itu, ibu itu melemparkan pisaunya pada Yuda. Yuda pun berancang – ancang siap menerimanya. Dengan gayanya, ia menangkap pisau itu dengan tepat.
                “Habisi dia nak!” Seru ibu itu
Yuda agak tak tega. Namun ia harus tega, atau ia harus merelakan dagingnya untuk menjadi santapan malam. Ia pun langsung menghunuskan pisunya kearah punggung kanan wanita itu. “ZLEB!!” Pisau itu menancap dipunggungnya, ia tarik dengan cepat. Namun wanita itu tidak merasakan apapun, malahan ia berbalik dan menerkam Yuda.
                “GRAAAAAKHHHHH!!”
                “Toloong!!!”
Yuda tersungkur ke tanah, para pengunjung pun panik. Namun tak ada seorang pun yang mau menolongnya. Wanita itu mencekik Yuda, Yuda pun meronta-ronta sambil menghunuskan pisaunya itu. Namun wanita itu tidak merasakan apa-apa. Akhirnya dengan sekuat tenaga, Yuda menyambarkan pisaunya keleher wanita itu. “SLASHHH!!” Darah pun mengalir dari leher wanita itu, wanita itu mengendorkan cengkramannya. Yuda pun memanfaatkan kondisi itu, ia tendang wanita itu untuk meloloskan diri. “BUGH!!” Wanita itu menghantam sebuah meja dibelakangnya, nampaknya pertempuran pun belum berakhir.
seragam sekolah memukul  wanita itu dengan kerasnya. Saking kerasanya, kepala wanita itu hancur nyaris lepas dari lehernya. Ia membawa sebuah besi yang panjangnya kira-kira 1,5 meter yang digunakan untuk menyangga papan reklame.
                “Perlu bantuan kak?”
Yuda pun tersenyum dan bernafas lega sekarang.
                “Terima kasih..” Ucap Yuda lega
                “Lain kali jika perlu bantuan bilang saja. Jangan diam seperti itu. Hehehe…” Senyum siswi itu manis
                “HUWAAAA!!!”
Pelayan perempuan itu menjerit histeris. Ada apa lagi ini? Semua kembali panik. Ibu yang bersama Yuda menghampiri pelayan itu. Pelayan itu menjerit sambil memegangi usus milik wanita gila yang putus akibat menerobos masuk melalui jendela. Ia menjerit-jerit tak karuan.
                “Maamamamaa!!!! ToooooLOooong!!!!”
Ibu itu dating dan berusaha menenangkan pelayan itu.
                “Mba!! Tenang!! Mba, tenang Mba!!!” Bujuk si ibu
                “Tooolonngg buu….”
                “Iya… iya ibu toolooong. Tapi berhenti menangis…” Bujuk si ibu lagi
Pelayan itu menangis dalam pelukan si ibu, tetapi ia berhenti menjerit secara histeris. Ia tampak sangat lemah, luka ditangannya masih saja mengeluarkan darah. Seluruh tubuhnya bergetar pelan, tampaknya ia stress atas apa yang ia alami.
                “Dasar lemah…” Ejek si siswi
                “Benar kan kak?”
Yuda hanya mengangguk saja dan memberikan senyum kerennya.
                “Ya mau gimana lagi? Semua orang memiliki tingkat stressnya masing-masing.” Yuda bergaya
                “Kakak benar!! Kau sangat keren,hehehe….” Senyum si siswi menggoda
                “Oh iya!!” Yuda teringat sesuatu
Siswi itu memperhatikan Yuda dengan seksama. Yuda teringat dengan kawan-kawannya yaitu Tom dan Evi. Ia pun bergegas mendekati si pelayan itu.
                “Mba… boleh aku bertanya?” Tanya Yuda
                “…..apa….?” Jawab si pelayan linglung
                “Hey mba! Aku mau nanya nih!” sentak Yuda kesal
                “…Ngggg…ngg…..”
Pelayan itu nampaknya mengalami beban mental yang cukup berat, ia tidak bisa diajak bicara dengan normal.
                “Nak!!” Bentak si ibu pada Yuda
                “Kau tidak liat dia teramat stress? Kau akan membuatnya takut saja.” Ibu itu memarahinya
                “Tapi bu?”
                “Cukup Nak!! Kalau kau mau tau, Silahkan kau masuk dan cari didalam sendirian! Paham??” Bentak si ibu geram
                “Huh!! OK, OK BU! Jangan marah seperti itu!” Yuda mengalah agak kesal
                “Bagus, bagus, kau memang anak yang baik.” Senyum si ibu
                “Ada apa kak?” Tanya si siwi
                “Tidak ada apa-apa…” jawab Yuda datar
                “PRANGGGG!!!!”
                “TOOOOLONGGG!!!”
Nampaknya semua ini belum berakhir, seorang lelaki yang berdiri di depan jedela terpaksa harus keluar café dengan paksaan. Kaca jendela pun pecah dan Ia ditarik dari luar oleh para manusia-manusia gila yang dari tadi menanti mereka diluar. Disana ia berusaha meminta tolong, namun ia langsung disantap habis oleh mereka. Tak sampai hitungan detik, teriakan minta tolong pun menghilang. Semua yang lapar, langsung berkerumun disana.
Para pengunjung yang tersisa pun panik, para wanita berteriak histeris. Denyut jantung mereka semua berdetak dengan cepatnya, keringat dingin membasahi muka mereka.  Rasa takut kini kembali hadir ditengah-tengah mereka yang menjadi hidangan.
                “Ya, ampun!!” Ujar si ibu melotot
                “Bajingan…! Apa lagi sekarang?” Yuda kesal
                “Mereka menarik lelaki itu dari luar? pintar sekali…” gumam si siswi
Mimi, gadis kecil dan Fajar yang bersembunyi di bawah meja mendekati yuda dan yang lainnya.
                “Kita harus keluar dari sini!!” Seru si ibu hamil
                “Hey, santai donk. Baru datang langsung memerintah.” Yuda kesal
                “Maafkan kami, tapi Mimi benar. Kita sudah tidak aman lagi diam disini. Kita harus pergi.” Ujar Fajar tenang
                “Keluar? Mau kemana?” Tanya si siswi
                “Entahlah, kita bisa pikirkan nanti. Yang penting kita harus keluar dari sini.”
                “Kau benar pria muda.” Si ibu membenarkan
                “BLEP!!”
                “APA ITU??”
Semuanya kaget mendengar suara pintu tertutup dibelakang mereka. Tiba-tiba seseorang berlari mendekati mereka. Apa orang itu salah satu dari orang gila yang akan memakan mereka? Untungnya bukan. Kali ini mereka bisa bernafas lega. Itu adalah Evi yang mukanya sudah tak tahan menahan air mata.
                “YUDA!!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar