usman

usman

Selasa, 06 September 2011

TRANSFORMBIE 1-1

TRANFORMBIE

Chapter  1 : What’s that ?

Yuda keluar dari bank bersama karyawan lainnya. Bersama Tom, teman dekatnya. Ia berjalan menuju Café Angkara yang letaknya tidak jauh dari kantornya itu. Café itu cukup ramai dikunjungi selain tempatnya yang bersih, harganya pun terbilang cukup bersahabat di kantong para bujangan yang bekerja disekitaran café ini. Namun malam ini nampak begitu sepi, hanya beberapa kendaraan saja yang terlihat parkir di jalanan ini. Yuda yang baru lulus kuliah ini, baru berumur 23 tahun dan ia langsung bekerja di bank swasta tempat ia bekerja saat ini. Ia berperawakan tinggi dan agak proposional dengan gaya rambut spikenya yang seperti landak. Dengan kemeja berwarna putih, berdasi panjang serta celana katun, ia pakai untuk berkerja. Sedangkan Tom, meski sama – sama baru bekerja dan lulus dari kuliahnya, ia nampak seperti gumpalan daging besar. Badannya besar gendut tak karuan, rambutnya agak sedikit gimbal. Dan pakainnya pun sepertinya tak kuat menyimpan perut gendutnya itu sampai – sampai kancing bagian bawahnya lepas.
                “Tringg!!!Trang..!!!”
Suara bel berbunyi ketika mereka masuk ke dalam café, dan langsung disambut oleh seorang pelayan cantik yang tak asing lagi bagi mereka. Pelayan lainnya tersenyum pada mereka dan mengucapkan selamat malam dengan ramahnya. Tom dengan pedenya, mengedipkan matanya pada salah seorang pramusaji. Namun sayang, perempuan itu langsung memalingkan pandangan dari Tom dengan sedikit rasa kesal.
                “Selamat malam para pekerja keras, silahkan duduk di meja yang telah saya siapkan.” Sapa seorang pramusaji
                “Malam juga cantik…..” Tom menggoda dengan genitnya
Pramusaji itu memutarkan matanya, sambil menghembuskan nafas panjang.
                “Hey, bagaimana pekerjaan kalian hari ini?” Tanya pramusaji itu menghiraukan Tom
                “Ya seperti biasa, sedang penyesuaian.” Jawab Yuda datar
                “Oh, begitu ya?”
                “Mau pesan apa hari ini?” Tanya pramusaji itu lagi
                “Seperti biasa aja Evi, lagi pula kami sedang menunggu Madi.” Jawab Tom
                “Ok!!”
                “Tunggu sebentar ya..” Jawab Evi senyum
Pramusaji itu tak lain dan tak bukan adalah Evi pemilik café Angkara dan sekaligus teman kuliah Tom dan Yuda. Evi pun langsung menyuruh rekannya membawakan pesanan mereka. Sambil menunggu pesanan, mereka bertiga langsung duduk dan mengobrol ditempat mereka biasa makan. Letaknya disebelah jendela yang pemandangannya langsung menuju Universitas Angkara Jaya, tempat dimana adik Yuda yaitu Madi yang sedang kuliah di tempat itu. Namun hari ini tak seramai biasanya, membuat Tom menjadi sedikit merasakan bau-bau keanehan.
                “Vi, hari ini kayanya sepi banget…”
                “Kaya ada sesuatu yang ganjil..” Tom merasa aneh
                “Ganjil gimana?”
                “Ya mungkin orang – orang lagi  ga mau makan disini aja.”
                “Bosenlah tiap hari makan disini.” Ujar Evi
                “Ya kalo masalah café ini sepi, wajar juga. Tapi, jalanan juga sepi banget.” Tom menambahkan
                “Itu benar Tom. Mungkin aja orang-orang bosan makan ditempat yang pelayannya kurang seksi-seksi.” Yuda membenarkan
                “Dasar mata keranjang..” Evi mendorong kepala Yuda pelan
Jalanan kali ini sepi dari para kendaraan lalu lintas, sepertinya warga Kota Cirame ini menghilang entah kemana. Hanya ada beberapa orang melintas di trotoar jalan, namun mereka terlihat tidak wajar. Cara jalan mereka seperti orang mabuk dan sedikit tidak normal, mereka agak sedikit lambat dari biasanya.
                “Tapi, emang kayanya aneh juga ya.”
                “Hey….” Gumam evi
                “kenapa orang – orang itu ya?” Tanya Evi heran
Mereka semua langsung memperhatikan orang-orang diluar café.
                “Mungkin aja mereka habis pesta minuman keras.” Jawab Yuda tidak peduli
                “Pesta?”
                “Semoga..” timbal Tom sedikit takut
Suara Handphone Yuda berdering memecah keheningan café Angkara, rupanya seseorang mengirim pesan pada Yuda. Yuda pun membacanya, Tom dan Evi memelototi universitas Angkara, membelokan pandangannya ke tempat – tempat sekitaran Café itu, namun hanya beberapa orang saja yang melintas dan diam dengan gelagat yang aneh. Yuda pun diam setelah membaca pesan yang ia terima.
                “Hey, kau kenapa?” Tanya Tom pada Yuda
                “Aneh…” Gumam Tom
                “Aneh Kenapa ?”
                “Pokoknya Aneh…”
                “Iya ada apa?” Tom makin penasaran
Mereka pun saling menatap serius, Yuda masih memelototi Handphonenya.
                “AWWWW!!!” Teriak seorang Pramusaji wanita dari dalam dapur
Yuda dan lainnya langsung mengalihkan pandangannya pada arah dapur. Evi pun berdiri dari tempat duduknya.
                “Mau kemana?” Tanya Tom
                “Tunggu sebentar, pasti pegawaiku menjatuhkan sesuatu.”
Evi pun langsung bergegas ke dalam dapur, Tom melihat ke luar. Dan betapa terkejutnya Tom ketika seseorang berdiri didepan kaca sambil membelakangi mereka.
                “HIYYYY!!!” Teriak Tom kaget
                “Kenapa sih? Ngagetin aja!” Bentak Yuda
                “Ittt….ituuu….” Tunjuk Tom ketakutan
Yuda pun melirik ke jendela.
                “Ada apa?”
                “Cuman orang aja kok, takut gitu. Dasar Cemen.” Ejek Yuda kesal
Para pengunjung memperhatikan Tom yang ketakutan, mereka pun berbisik tak jelas.
                “Liat!!!”
                “Semua orang jadi memperhatikan kita!!” Yuda kesal
                “Ta..ta..pi…”
                “Tapi apa gendut???” Bentak Yuda kesal
                “Cukup dengan pesan aneh dari Madi saja yang buat aku kesal hari ini.” Yuda makin kesal pada Tom
                “Berhentilah buat orang kesal Tom, bercandamu itu tidak penting. TAU!!”
                “AKHHHHH!!! TOLONGG!!”
Seorang perempuan kembali berteriak, sepertinya itu Evi. Yuda dan para pengunjung lainnya langsung berdiri spontan. Para pengunjung pun sebagian masuk ke dalam dapur untuk melihat apa yang terjadi di dalam sana. Tom kemudian berdiri.
                “Daripada disini, lebih baik aku melihat Evi..” Gumam Tom sambil berlari ke dapur mengikuti pengunjung yang lain.
                “Itu jauh lebih baik…” Gumam Yuda
Yuda kembali duduk dikursinya, ia pun memandangi wanita yang berdiri di samping jendelanya itu. Ia memperhatikan wanita itu hanya diam saja membelakanginya. Yuda pun mengetok-ngetok kacanya.
                “Heyyy….” Panggil Yuda
Wanita itu masih diam tak bergeming, Yuda mengetuknya lagi. Namun masih saja diam. Yuda pun mulai terpancing amarah, ia berdiri dan mengambil sendok, ia ketuk lebih kencang lagi.
                “Hey pelacur!!!”
                “Liat sini..”
Yuda terus mengetuk-ngetuk kaca sambil mengumpat pada wanita itu. Ia semakin kesal karena wanita itu tak kunjung melihatnya. Setelah beberapa waktu, Yuda berhenti mengetuknya. Ia kembali duduk sambil menahan amarahnya, para pengunjung pun melihat Yuda. Yuda pun memandang mereka, namun gelagat raut muka mereka sepertinya memperlihatkan ekspresi keanehan dan sepertinya mereka juga tidak memandangi Yuda melainkan wanita di luar kaca itu. Yuda pun mengalihkan pandangannya dan…
                “HUAAAAA!!!!!!” Yuda berteriak sambil meloncat kebelakang
Yuda jatuh dari kursi tempat ia duduk karena saking kagetnya ia melihat wanita itu menoleh kearahnya dengan raut muka yang menyeramkan. Ia merangkak beberapa jengkal dari tempat ia jatuh lalu seorang Ibu langsung mendekati Yuda dan membantunya berdiri.
                “Kau ini kenapa nak?” Tanya ibu itu sambil membantu Yuda
                “Ada wanita menyeramkan berdiri di jendela… hah… hah… hah…” Jawab yuda terengah – engah
Ibu itu pun melihat ke arah jendela yang Yuda maksud. Mata sayunya melotot.
                “Kenapa dia? Ko mukanya serem kaya gitu” Tanya ibu itu
                “Ka..kalau aku tau, aku ga mungkin kaget,bu.” Jawab Yuda terbata-bata
Wanita yang diluar itu membalikan badannya, namun apa yang terjadi? Wanita itu berdiri dengan usus yang teburai keluar dari perutnya, daging dimukanya habis digerogoti sesuatu. Tubuh bagian depannya penuh dengan darah dan kedua tangannya menggenggam sebuah lengan manusia. Dan parahnya lengan itu ia gerogoti juga.
                “HUAAAAAAAA!!!” Ibu itu pun ikut histeris
Seluruh pengunjung pun mulai ikut panik, mereka mulai berbisik dan mencari tahu apa yang terjadi.
                “Tenang BU!!!”
                “Jangan Teriak-teriak!!”
                “Ibu pikir ibu saja yang takut dan panik?”
                “Saya juga Bu!!” Ujar Yuda gemetar
                “Ok”
                “Maaf,nak.” Ibu itu meminta maaf sambil menarik nafas panjang
                “Kenapa dia masih hidup? Atau itu hanya sebuah kostum yang ia kenakan?” Ibu itu heran
                “Mungkin saja bu.” Yuda menanggapi
Tiba – tiba saja wanita itu langsung menorobos kaca café, PRANGGGG!!! Kaca café itu hancur seketika. Yuda dan Ibu itu langsung menghindar secara refleks menjauhi sergapan wanita gila itu. Semua pengunjung berteriak tidak karuan, begitupula dengan ibu yang bersama Yuda. Sepertinya teriakannya makin histeris saja.
Wanita gila itu berdiri perlahan dengan agak kejang, ususnya lepas dari tubuhnya. Darahnya menyebar dilantai dan berbau agak busuk. Yuda dan seluruh pengunjung diam karena tak percaya atas apa yang mereka lihat saat ini.
                “Apa itu terlihat kostum bagi ibu?”
Sementara itu, Tom dan tiga pengunjung pria masuk ke dalam dapur melalui ruang pegawai. Mereka agak terkejut melihat keadaan dapur yang acak-acakan tidak karuan. Alat masak bergeletakan dimana-mana, sayur dan bahan-bahan masakan tercecer dimana-mana. Bahkan, ada beberapa gumpalan daging segar yang masih terbalut oleh darah.
                “Wow, kapal pecah…” Gumam seorang pengunjung yang terlihat seperti preman
                “Apa ada pencuri yang masuk ke café ini?” Tanya pria tua
                “Mungkin saja..” Jawab pria yang lain
                “EVI!!!”
                “EVI!!!”
Tom memanggil-manggil evi, namun tak ada sautan atau jawaban dari siapapun. Padahal seharusnya tempat ini penuh oleh orang-orang yang menyajikan makanan. Tapi, keadaannya berbalik. Sepertinya dapur ini habis diacak-acak oleh sekelompok gangster yang ingin mengambil uang dari café ini. Mereka berjalan perlahan-lahan menyusuri dapur yang lumayan agak luas dan banyak sekat-sekat yang terbentuk dari penataan ruangan.
                “Ini mirip sekali dengan film horror.” Gumam remaja mirip preman
                “Ssssstttt….!!!!”
                “Siapa tau ada teroris yang membajak café ini!!” Ucap seorang pria tua setengah berbisik
                “Mana mungkin…” bisik remaja itu
                “Kau pikir ini café berpenghasilan 3miliar…”
                “SSSStttttT!!”
Akhirnya Tom melihat ada seorang koki yang berdiri didepan sebuah lemari penyimpanan, dan seorang koki gendut sedang jongkok membelakangi Tom dan lainnya. Mereka terlihat aneh, yang satu berusaha mendobrak pintu lemari dan yang satunya sibuk menggerogoti sesuatu.
                “Hey pa!!” Panggil pria tua
                “Mereka tampak seperti orang-orang gila.” Kata pria satunya
                “Hey, mungkin kau benar.” Sambung Tom
                “Mereka sepertinya tidak waras, mereka pun tak mau menghiraukan kita.”
Tom dan lainnya terdiam sesaat sampai seorang pria tua mendekati koki yang sedang mendobrak pintu lemari. Semuanya memperhatikan pria tua itu dengan seksama dan beberapa kali menarik nafas panjang. Pria itu langsung menepuk punggung si koki ketika ia berhasil menjangkaunya.
                “Hey, Pak!! Ada apa?” Sapa pria tua itu ramah
                “Kok, lemarinya di dobrak kaya gitu pa?”
                “PRANGGGG!!!”
Tiba- tiba suara piring berjatuhan dari arah belakang, semuanya serempak menoleh kebelakang. Mereka mencari asal sumber suara itu. Pria tua itu juga ikut melihat kebelakang, tangannya masih menempel di pundak koki itu. Koki itu pun berbalik dan memandangi tangan pria tua itu. Dengan mata yang melotot, dan daging pipi yang terkoyak sampai tulang hidungnya terlihat, koki itu melihat tangan si pria tua itu sambil mulutnya menganga. Pria tua itu masih belum menoleh ke arah si koki, ia masih memperhatikan ketiga rekannya yang sedang mencari asal sumber suara. Koki yang satunya pun berdiri dan berjalan ke arah Tom dan kawan kawan.
Tom diam ditempat, remaja itu mencari ke arah kanan sedangkan pria satunya lagi berjalan ke deretan meja-meja yang blum ditata rapi. Akhirnya remaja seperti preman itu melihat dua orang wanita yang sedang bersembunyi diantara rak-rak piring, salah satu wanita itu adalah evi dan seorangnya lagi adalah pegawainya.
                “Evi!!” Panggil Tom tersenyum
                “Sedang apa disana?”
Evi dan rekannya tidak menjawab, raut mukanya seperti sedang melihat hantu saja. Evi melotot tidak karuan, mukanya pucat dan nampak gemetaran. Sedangkan pegawainya ketakutan sambil bersembunyi diketiak bosnya itu.
Remaja itu langsung mendekati mereka berdua, sedangkan Tom dan pria satunya hanya diam dan  tidak tahu bahwa koki yang jongkok tadi telah berdiri dibelakang Tom dengan leher depannya yang terlihat batang kerongkongannya, dan dada yang terkoyak habis berlumuran darah.
Remaja itu melihat tangan pegawai evi yang terluka, mirip luka gigitan. Sedikit bagian dari lengannya kira-kira tiga centimeter tergigit dan mengeluarkan banyak darah, mukanya pun lebih pucat dari Evi. Evi pun ingin berteriak sesuatu, tapi nampaknya ia masih sulit untuk mengucapkannya. Remaja itu memperhatikan Evi.
                “HeY!!!” Panggil remaja itu sambil menggerakan tangannya di depan mata Evi
                “Kau ini kenapa???”
                “LARIIIIIIIII!!!!”
Tiba-tiba Evi berteriak kencang sekali,sampai-sampai memecah keheranan yang terjadi didepan. Semuanya tambah panik dan bingung, apalagi Yuda beserta pengunjung lainnya. Perhatian mereka terpecah menjadi dua, antara wanita tanpa isi perut yang gila dan keadaan yang terjadi di dapur.
                “Lari?” Pikir mereka semua dalam hati
                “Hey,hey, hey. Santai donk!” Remaja itu panik
                “ARRRRGHHHHH!!!!”
Pria tua itu menjerit kesakitan, semuanya berbalik arah. “HUAAAAAAA!!!” Tom ikut berteriak karena koki yang satunya telah berdiri didepan mukanya. Koki itu langsung menyambar Tom. “BRUK” Mereka berdua tersungkur ke tanah. Pria tua itu pun meronta-ronta berusaha melepaskan tangannya, “RTTTTTTTT!!!” Daging pria tua itu lepas dari kulitnya. Koki itu pun mengunyah dan menelannya bulat-bulat.
                “aAAAAkkhhhhh!!!,dasar GILA!!” teriak pak tua itu menahan rasa sakit
                “GRRrrrrrr…” Koki itu meraung raung tak jelas
Pria tua itu pun berusaha melepaskan tangannya, tapi ia tak bisa. Tangannya masih tergenggam oleh si koki yang tak punya hidung ini.
                “TOLOOOOONGG!!!!” Pria tua itu histeris
                “Bajingan!!” Remaja itu marah
Remaja itu langsung mengambil pisau yang ada di lantai, kemudian ia bersiap-siap untuk menolong. Sedangkan pria satunya hanya diam sambil celananya basah. Tom berusaha menahan tubuh si koki yang bernafsu menyantap daging miliknya.
                “TOOLOOONG,aku sudah tidak kuat nih.” Gerutu Tom minta tolong
                “Berisisk!!”
                “Satu-satu lah, aku jadi bingung!!” Bentak remaja itu
Koki tanpa hidung itu lalu memegang pundak pria tua itu, Pria itu kaget dan berhenti berteriak. “ARRGGGHHH” Pria tua itu merintih kesakitan, namun kali ini suaranya pelan. Koki itu meremukkan tulang pria tua itu.
                “Too….tooo…long…..” Rintih pria tua itu menahan sakit
                “Bajingan kau koki!!!”
Remaja itu melemparkan pisau yang ada ditangannya itu, pisau itu melesat cukup kencang dan sepertinya itu akan berhasil pada sasarannya. “JLEB!!” Pisau itu tepat menembus sebuah kepala, namun sayang. Pisau itu menembus kepala si pria tua itu tepat dibelakang otaknya dan ujung pisaunya itu keluar dimata sebelah kirinya. Darah keluar dari mulut pria itu, mata kirinya tertusuk seperti sate keluar dari tempatnya. Koki itu langsung menggerogoti daging pria tua itu.
                “OH SIAL!!!” Gumam remaja itu sambil melotot
                “Kau gila!!, kenapa kau bunuh pria itu?!!” Evi mengumpat remaja itu
                “Itu bukan salahku!!” Bentak remaja itu pada Evi
                “Hey!!!” Panggil Tom
                “Bisakah kalian berhenti bertengkar dan bantu aku untuk… tidak dimakan.” Tom merengek
Evi dan remaja itu pun berhenti bertengkar, remaja itu langsung berlari mendekati Tom. Dan “BUGH!!” Remaja itu menendang kepala si koki hingga putus. Darahnya menyebar kemana-mana. Remaja itu langsung membantu Tom berdiri.
                “Hufh… huftt…. Aku ga jadi mati….” Tom bersyukur
                “Ayo cepat lari!!!” Seru Evi
Evi dan pegawainya lari sambil bergandengan tangan, remaja itu juga langsung mengambil langkah seribu.
                “Hey bung!!”
                “Ayo kita pergi!!” Ajak Tom
Pria itu hanya diam dan tidak mengucapkan apa-apa. Tom dan yang lainnya berhenti sejenak. Wajah Pria itu pun pucat sambil menggigil. Mulutnya ia gigit seperti menahan sesuatu.
                “Hey ayo!! Malah kencing dicelana lagi.” Tom masih mengajak
Pria itu tetap tak bergeming, “BRAKKK!!” Suara pintu belakang terbuka. Para manusia gila lain pun datang, jumlahnya 3 orang dengan badan yang terkoyak tentunya.
                “Kita tinggal saja dia!!” Ajak remaja itu
                “Tunggu!!”
Tom mendekati pria itu, namun langkahnya terhenti. Ia melihat sepasang tangan keluar dari balik punggungnya. Lalu dari arah kakinya terdengar suara kunyahan. Evi mulai menjatuhkan air matanya, pegawainya langsung mengambil langkah seribu keluar dari dapur. Tom dan remaja itu pun melotot tak percaya atas apa yang mereka lihat. Ternyata, betis pria itu sudah terlihat tulang, dagingnya habis dimakan oleh manusia kanibal yang bersembunyi dibawah meja.
Badan pria itu pun oleng dan “BRUK” tubuhnya pun mencium lantai dapur yang sudah tergenang oleh darahnya sendiri. Pria itu mati tanpa suara teriakan histeris, manusia kanibal lain pun langsung mengkerubuni mayatnya untuk berpesta makan malam.
                “Ayo gendut!!”
Remaja itu lari diikuti Evi lalu tom. Mereka memutari perabotan yang menghalangi jalan mereka. Rencana mereka diketahui oleh si koki tanpa hidung, ia pun mengejar mereka dari belakang dengan badan besarnya. Evi dan kawan-kawan akhirnya melihat pintu keluar dari dapur, remaja itu pun nampak gembira, bisa terlihat dari raut mukanya. Ia pun membuka pintu dengan lebarnya, dan berhasil keluar begitu pula dengan Evi yang sama- sama lolos, namun Tom masih berada agak jauh dibelakang. Pintu dapur yang terbuat dari besi itupun perlahan menutup, Tom dengan nafas yang hampir habis itu pun berusaha menambah kecepatan, koki dibelakangnya  kian dekat. Tom mulai panik, ia pun mengambil keputusan yang terlalu beresiko.
Tom pun melompat seiring dengan menutupnya pintu. “BRUGH” Ia akhirnya mendarat dengan cukup keras di lantai “BUG” suara pintu menghantam kepalanya.
                “TOM!!!” Teriak Evi
                “Cepat kita buka pintunya!!”
Evi berusaha membuka pintu, namun remaja itu hanya diam. Tom merintih kepalanya sakit dan pusing, ia pun mengerang dan merintih meminta tolong penuh dengan harap.
                “Tenang kawan aku akan membantumu..” Ujar Evi sambil menangis
                “Viii….. tooo…looong…..”
Evi pun mengerang dan mengumpulkan tenaga, pintu pun terbuka sedikit demi sedikit. Evi pun sedikit bersemangat, ia tambah tenaganya, tapi ada dorongan besar yang membuat ia terpental kebelakang. “BUAKKK!!!” “CROTTTTT” Pintu tertutup keras sekali membuat Tom kehilangan kepalanya. Pintu itu tertabrak oleh koki tanpa hidung itu, saking kerasnya Evi terpental dan kepala Tom lepas dari tempatnya.
                “Auwww….” Rintih Evi masih terbaring
Kepala Tom menggelinding ke arah Evi, evi pun menoleh ke arah kanan sambil memegangi kepalanya. Kepala Tom menggelinding dan berhenti tepat di sisi kepala Evi. Dan akhirnya dengan waktu yang pas, ia pun saling menatap dengan dengan Tom meski tidak secara utuh.
                “TIDAKKKKKKK!!!!!”
                “TOMMMMM!!!!”
Evi pun kembali menangis dan menjerit  histeris, remaja itu membantunya berdiri. Ia topang badan Evi dan bersama-sama menelusuri lorong staf untuk keluar menuju Yuda dan yang lainnya berada.
Next Part II

Tidak ada komentar:

Posting Komentar