usman

usman

Rabu, 14 September 2011

TRANSFORMBIE 1-3

Chapter 1 part 3



Evi pun langsung memeluk Yuda dengan kuatnya, ia pun membasahi baju Yuda dengan air matanya. Ia meremas kemeja Yuda dengan sekuat tenaga. Yuda pun membelai rambut Evi yang agak panjang itu agar Evi merasa lebih baik. Semuanya diam sesaat.
Pintu pun terbuka kembali, dan remaja pria yang bersama Evi keluar dengan membawa sebilah pisau. Ia pun mendekati yang lainnya.
                “Mana Tom?” Tanya Yuda
Evi pun menggelengkan kepalanya dan masih tetap menangis.
                “Kau tak usah memikirkan sigendut lagi.” Ujar Remaja itu sinis
                “Apa katamu?! Sopanlah sedikit ketika berbicara dengan yang lebih tua darimu!!” Yuda jengkel
Yuda melepaskan pelukan Evi dan mendekati remaja itu. Sepertinya ia ingin sekali memukul wajah remaja itu. Fajar langsung berada diantara mereka. Yang lainnya mulai menegang.
                “Upss, maaf pak tua!!” Remaja itu malah sengaja membuat Yuda kesal
                “Sayangnya si gendut yang lamban itu harus mati di dalam sana. Jika kau ingin melihatnya silahkan saja masuk ke dalam ruangan ini.” Ujar remaja itu dengan lagaknya
Yuda mengepalkan tangannya, ia bersiap untuk menghajar anak muda ini. Fajar pun melirik tangan Yuda dan bersiap untuk memisahkan kedua orang ini.
                “Terima kasih atas informasinya kawan.”
                “Namun sayangnya yang aku inginkan sekarang adalah….”
“PRANGGG!!!, PRAAAANGGGGG!!!!” Kaca-kaca jendela hancur berkeping-keping akibat diterobos oleh pasukan manusia-manusia gila itu. Ini adalah pengepungan yang tidak diduga-duga sama sekali. Orang-orang yang diam di pojok ruangan akhirnya terkepung dan terperangkap. Yuda dan lainnya tercengang tak percaya.
                “Kita harus keluar dari sini!!!” Mimi panik
                “Tenang kakak hamil, ingat bayimu.” Ujar si siswi khawatir
                “Tapi kita harus kemana?” Tanya Yuda bingung
Mereka semua berfikir memikirkan jalan untuk bisa lolos dari mereka yang gila. Dalam kebingungan itu, mereka semua hilang kewaspadaannya. Seseorang berlari dan melompat.
                “AWASSS!!!”
Si siswi berteriak memperingatkan Yuda dan yang lainnya, namun terlambat. Seorang pria dengan tangan kirinya yang putus berhasil menerkam Fajar. “BUAGH!!” Fajar pun tersungkur ke tanah dan langsung ditindihi oleh pria gila yang badannya cukup kekar itu.
                “FAJAAAAARRRRR!!!” Mimi berteriak
                “Anjrit!!!” Yuda geram
                “aduhh…” Rintih Fajar
                “Tooolonnng!!! Toooloooong!!!”
Keadaan sepertinya sudah sangat-sangat kacau, para pengunjung pun sudah ada yang menjadi korban. Mereka yang lemah dan tidak bisa melawan, harus merelakan hidupnya untuk berkorban menjadi penyambung hidup rasnya yang menjadi monster. Ada yang anggota tubuhnya dipotong dengan cara ditarik dengan paksa, di cekik sampai kepalanya putus dan langsung digerogoti dan merasakan gigitan-gigitan mereka sampai ajal menjemputnya. Café ini malam ini menjadi tempat pembantaian masal oleh mereka yang telah menjadi monster.
                “Ughhhh!!”
                “GROOOOARRRR!!!”
Fajar pun meronta-ronta, ia dicekik dengan kencangnya. Meski tangannya satu, tapi tangannya kekarnya sangat bertenaga. Air liurnya yang berwarna merah dan berbau busuk, menetes ke muka Fajar.
                “CEPATTT TOLONG DIA!!” Mimi makin panik
Si siswi mulai mengambil langkah pertama, namun seorang nenek datang menghampiri dengan dadanya yang membusuk. Namun dengan cekatan ia langsung menghantamkan senjatanya tepat dikepala si nenek. “BUG!! BAG!!!” Si siswi berhasil menghancurkan wajah si nenek, tanpa basa-basi lagi ia menghantamkan kembali besinya kekepala si nenek hingga hancur.
                “Kembalilah ke tanah nenek tua!”
Yuda langsung membantu Fajar dengan tangan kosong. “BUG!!BAG!!BUG!!BAG!!” Ia melayangkan pukulannya yang cukup keras pada pria bertangan satu itu, namun itu sama sekali tak membuatnya melepas cengkramannya meski tulang pipi si pria patah.
                “Minggir pak tua.”
                “Biar yang muda yang beraksi.”
Seseorang mendorong Yuda kebelakang, ia adalah remaja lelaki itu. Ia melempar dan menangkap kembali pisau yang dimilikinya layaknya badut yang sedang beratraksi. Mukanya pun agak mengejek Yuda.
                “Heh pak tua, kalau kau memang tidak bisa mengalahkannya. Segeralah minta bantuan atau berfikirlah dengan cara lain jika kau memang gengsi untuk meminta bantuan.”
Remaja itu menyambarkan pisaunya ke leher pria bertangan satu itu, “CRATTTT!!!!” lehernya tertebas hampir putus. Pria itu melepaskan cengkramannya. “BRUGHH” Pria itu ambruk namun masih bisa bergerak. Darahnya menggenangi lantai, Fajar pun langsung bangkit.
                “Lihat pak tua?” ejek remaja itu
                “Terima kasih…” Fajar terseyum sambil menepuk punggung remaja itu
Yuda menatap tajam anak remaja itu, sepertinya ia amat marah dan kesal. Remaja itu berlagak di depan Yuda, ia kalah telak darinya. Gadis kecil itu langsung berlari memeluk Fajar, fajar pun tersenyum padanya.
                “Hey!!!” Siswi itu memanggil
                “Ayo cepat pikirkan sesuatu!! Mereka makin banyak nih…”
Siswi itu mengayunkan senjatanya kepada para pemakan manusia itu, ia ayunkan ke kiri dan kanan secara bergantian. Ia berusaha agar para pemakan manusia itu tidak memakan para pengunjung café yang masih hidup. Dari kaca jendela yang pecah, para manusia pemakan sesama pun berdatangan, rupa mereka pun begitu buruk dan berbau amis.
Fajar dan yang lainnya melihat sekeliling, mereka mencari jalan keluar yang bebas dari para pemakan sesama itu. Siswi itu terus menghantamkan senjatanya dengan dibantu oleh beberapa pengunjung lainnya.
                “ITU DISANA!!!”
Seseorang berteriak penuh harap sambil menunjuk ke arah pintu samping café, dia adalah Mimi si wanita hamil.
                “Tapi kita akan pergi kemana? Disana mereka pun pasti sedang berkeliaran juga.” Evi berputus asa
                “Percuma…. Hiks…hiks….”
                “Percuma kita lari…. Kita akan mati juga nanti…”
Yuda langsung memeluk Evi, Evi pun kembali menangis. Ia sepertinya sudah kehilangan harapan dan mulai pasrah pada keadaan. Yuda melepas pelukannya, ia pun menatap Evi dengan serius. Evi pun menatapnya dengan mata yang bergelinangan air mata
                “Dengar Evi!!”
                “Aku akan melindungimu! Meski aku harus kehilangan nyawaku ini.”
                “Huaa….” Evi masih menangis
                “Aku janji Evi… aku janji…”
Evi pun perlahan berhenti menangis, Yuda pun memeluk Evi makin erat. Ia merasakan rasa aman ketika ia dipeluk oleh Yuda, mukanya pun sedikit memerah.
                “Apa bisku bisa membantu?”
Semuanya tertegun diam mendengar  ucapan si Ibu, muka mereka agak sedikit memiliki harapan sekarang.
                “Bis?”
                “Itu bisa memberikan jarak antara kita dan mereka. Setelah kita jauh dari mereka, kita buat rencana selanjutnya. Yang penting adalah kita selamat dari mereka dan menjauh sebisa mungkin.” Fajar memberikan pendapat
                “Oke aku setuju saja, lagipula para wanita membutuhkan istirahat. Apalagi wanita ini.” Yuda menunjuk Mimi
                “Oh, terima kasih banyak sudah peduli.” Ujar Mimi tersenyum
                “Hey…. Ayo cepat!!” Si siwi mulai kewalahan
                “Dimana Bisnya, Bu?” Tanya Fajar
                “Tepat dibelakang pintu itu!” Si ibu menunjuk sebuah pintu




Tidak ada komentar:

Posting Komentar